Ramadhan: Pengaturan wilayah puasa

9:29:00 AM

Bismillah. Dibanyak cerita saya sebelumnya, saya sering bercerita tentang banyak hal yang saya dapatkan tanpa ada asas praduga. Banyak yang datang secara mengagetkan, kebanyakan ada di luar permintaan saya yang kebanyakan memaksa. ada semacam kesadaran, bahwa do'a-do'a yang dulu  terpendam, ngotot, dan berderai air mata, sebenarnya telah dikabulkan, hanya saja cara datangnya tanpa permisi dulu. wujudnya pun kebanyakan tidak sesuai harapan.

Pendek kata, saya baru saja dibuat kagum oleh pernyataan seorang teman berkaitan dengan do'a-do'a yang telah saya panjatkan. Beberapa jam yang lalu, ia meminta saya bercerita tentang kehidupan saya sekarang, tanpa mengambil waktu, saya membagi semua hal positif yang saya rasakan. Saya menceritakan semua hal baik yang saya dapatkan di tempat kerja, kemudahan-kemudahan, dan banyak harapan.

Setelah saya bercerita panjang, responnya langsung berkenaan dengan gaji.

Saya menjawab dengan santai "Gaji saya tidak banyak, setiap akhir bulan saya masih merasakan getar-getar kemelaratan"..hehe

dia menanggapi dengan serius, "keadaan baik yang kamu dapatkan dari tempat kerja juga adalah gaji, bayangkan kalau gaji banyak tapi kondisi tidak bersahabat"..

Jleeebbb..Jawabannya dalam banget.

Karena jawaban tak terduga itu, Saya kembali merenungkan do'a-do'a saya  terdahulu. dulu, dalam banyak do'a, saya sering meminta agar hati saya yang bebal ini di beri keistiqomahan, saya juga pernah meminta agar pekerjaan saya jangan terlalu merepotkan. Hati saya seperti gerimis saja, betapa Allah tidak pernah tega untuk tidak banyak memberi, pengertian-Nya seperti tak habis-habis, ia mengerti bagaimana saya jika semua yang saya inginkan dahulu menjadi nyata. keadaan-keadaan baik ini terus berulang, hanya saya saja yang tidak pernah benar-benar meluangkan waktu untuk memikirkan hal ini. hidup ini terlalu banyak memberi, bahkan untuk hal-hal yang kita tidak minta sekalipun, tapi jelas kita butuhkan. betapa Dia Maha mengetahui.

Curcol tengah malam buta.hehe..sudah Jam satu ei..

Lanjut pembahasan Ramadhannya yuksss..

Hari ini, sudah 26 Rajab, sekitar 30 harian lebih lagi Ramadhan akan datang. Cara saya mempersiapkan diri masih lanjutan yang kemarin, masih membaca apa-apa yang berkenaan dengan ramadhan kemudian menuliskannya di blog ini. Do'akan yah semoga sifat ingin dipuji dkk nya tidak pernah menghampiri dalam proses tulis menulis ini. Ini hanya sekedar berbagi saja, katanya, ilmu itu akan semakin melekat jika dibagikan.

Saya menjadikan buku Majelis bulan Ramadhan karya shalih al Utsaimin sebagai referensi untuk menyambut ramadhan tahun ini. Selain ilmu, menata hati tak kalah penting dalam mempersiapkan diri menyambut ramadhan. Menurut saya, Ramadhan tidak hanya disambut oleh kuatnya fisik saja dan banyaknya ilmu, disini, hati berperan besar, sebesar apa pengharapannya untuk dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Untuk menata hati, salah satu caranya dengan banyak menuntut ilmu. tak kenal maka tak rindu. :)

Output dari catatan kali ini adalah pengakuan bahwa Allah Maha mengetahui, pengaturann-Nya sempurna, Syari'atnya tak pernah main-main, pengaturan-Nya jelas, pengertian-Nya tinggi, dan hikmah-Nya meluas.

Syari'at diwajibakannya puasa pun demikian, ada banyak pengertian di dalamnya, tidak karena wajib lantas memaksa, ada keringanan dan pengertian untuk mereka yang berudzur. Dalam buku Majelis bulan Ramadhan, Orang-orang yang berpuasa dibagi menjadi sepuluh kelompok, yaitu:

Pertama, Muslim yang balig, berakal dan bermukim, mampu dan tidak berhalangan, wajib baginya melaksanakan puasa Ramadhan, tidak boleh menunda atau mengakhirkannya.

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, 
supaya kamu bersyukur” 
(QS.  Al Baqarah: 185)

Kedua, Anak kecil tidak dikenai puasa sampai ia baligh. Dalilnya adalah sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam

"Pena itu diangkat (Allah tidak akan menuliskan suatu dosa dari tiga golongan: orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga baligh, dan orang gila hingga sadar" 
                                                                                                                                              (HR.Ahmad) 

Ketiga, Orang gila tidak dikenai kewajiban puasa. Jika ia berpuasa dalam keadaan gila, maka puasanya tidak sah. sebab ia tidak berniat dan berakal, bahkan ia tidak mampu memaknai makna ibadah. padahal, ibadah tidak akan sah tanpa niat. Jika orang gila tadi terkadang sadar, maka ia wajib berpuasa pada waktu sadarnya itu. 

Keempat, Orang tua yang telah pikun dan tidak memiliki kemampuan untuk membedakan. ia tidak wajib berpuasa dan harus membayar fidyah karena sudah tidak lagi terkena kewajiban syari'at, disebabkan hilangnya kemampuan membedakan. Jika pada waktu-waktu tertentu orang ini mampu membedakan dan tidak pikun, maka pada saat itu ia wajib berpuasa.

Kelima, Orang yang tidak mampu berpuasa, seperti orang tua dan orang yang penyakitnya tidak dapat disembuhkan. mereka ini tidak wajib berpuasa disebabkan ketidakmampuan mereka.

Allah berfirman :
 "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu."
(QS. At-Taghaabun:16)

"Allah tidak akan membebani seseorang sesuai dengan kemampuannya.." 
(QS. Al-Baqarah:286)

Keenam, Musafir. Jika seseorang sengaja bepergian supaya dapat berbuka, maka ia wajib berpuasa dan haram berbuka. sebaliknya, jika seseorang tidak mengaja pergi untuk berbuka, maka ia boleh memilih antara tetap berpuasa atau berbuka.

Jika seorang musafir berat melakukan puasa, maka ia boleh berbuka dan tidak melanjutkan puasa dalam keadaan safar. ketika Nabi berbuka karena melihat puasa itu menyulitkan orang-orang, ada yang menyampaikan bahwa sebagian masih ada yang berpuasa.

Nabi bersabda,
"Mereka adalah orang-orang durhaka,  mereka adalah orang-orang durhaka" 
(HR.Muslim)

"Puasa ketika safar bukanlah termaksud kebaikan"
(HR.Muslim)

Ketujuh, Orang sakit yang kesembuhannya tidak bisa diharapakan. ia memilik tiga kondosi
  1. Jika puasa tidak memberatkan pelakukanya maka ia tetap wajib berpuasa
  2. Puasa memberatkan pelakunya, namun tidak memudharatkan, maka ia boleh berbuka. makruh hukumnya jia seseorang tetap berpuasa jika puasa itu memberatkannya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah suka jika rukshahh-Nya diambil sebagaimana Dia benci jika perbuatan maksiat di lakukan" (HR.Ahmad)
  3. Puasa itu memudharatkannya. pada kondisi ini, ia wajib berbuka dan haram berpuasa. Allah berfirman 
"..dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha penyayang kepadamu"
 (QS. An-Nisaa':29)
Kedelapan, Wanita haid , puasanya tidak sah dan diharamkan untuknya berpuasa dan diwajibkan baginya mengqadha puasa sejumlah hari yang ditinggalkan.

"...Maka diwajibkan baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain"
 (QS. Al-Baqarah: 184)

Kesembilan, Wanita hamil dan menyusui, jika puasa dikhawatirkan mengganggu keselamatan diri atau anak wanita tersebut , maka ia boleh berbuka.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,"Sesungguhnya Allah menggurkan separuh sholat dan kewajiban puasa bagi musafir, wanita hamil, dan wanita yang sedang menyusui" 
(HR.Ahmad)

Kesepuluh, Orang yang terpaksa berbuka untuk menolak bahaya yang mengancam diri orang lain, seperti menyelamatkan jiwa yang tidak boleh dibunuh dari tenggelam, kebakaran, kehancuran dan semisalnya. ia di bolehkan berbuka jika tindakan penyelamatan tersebut memang tidak mungkin dilakukan kecuali dengan berbuka atau untuk menguatkan tubuh.


Inilah pembagian golangan orang-orang dalam berpuasa,  Allah mensyariatkan kepada setiap golongan sesuai dengan keadaan mereka. ah, Betapa Dia mengerti kita. Subhanallah.

Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan..

26 Rajab 1434 H












You Might Also Like

5 comments

I'm Proud Member Of