Catatan Perjalanan Umrah : Ke Mekkah Ku Ingin Kembali

10:28:00 PM


Jadi catatan ini adalah salah satu bukti kalau saya belum mau move on dari perjalanan umrah bulan maret lalu, hehe. Mungkin karena rindu, beberapa malam yang lalu saya sengaja mendownload video sholat shubuh di Masjidil haram, video itu saya nonton berulang-ulang sampai hari ini. Ngomongin tanah suci rasanya ingin langsung terbang ke sana. Rindu!

Catatan ini sebenarnya sudah tertunda lama sekali. Setiap kali mulai mengetik pasti saya akan berhenti lama, mengingat lagi setiap detil apa yang saya temui di Makkah. Dan tahukah, uang tabungan yang saya pakai dengan penuh kegalauan yang sempat saya ceritakan di catatan sebelumnya   (baca di sini) sudah Allah ganti, kontan, dengan cara yang nggak kepikiran sama sekali. Masyaallah, saya ingin menceritakan ini sebagai salah satu cara saya mensyukuri nikmat Allah, saya pernah dengar ceramah kalau kita diperintahkan untuk menceritakan nikmat yang sudah Allah kasih, terlebih perkara rezki (uang) yang kadang bikin kita percaya nggak percaya, percaya bakalan diganti Allah tapi masih suka ragu-ragu gitu.

Setelah pulang umrah, tabungan saya benar-benar ludes, hehe, itu tabungan terakhir saya setelah resign, anehnya saya yang biasa perhitungan tidak merasa ada yang hilang, padahal biasanya saya tuh suka galauan kalau nggak pegang uang. hehe, kali ini atm saya kosong melompong, udah gitu saya nggak punya penghasilan tetap. Tapi saya percaya, selama saya nggak diam, pasti ada aja jalan buat nabung lagi

The power of kepepet, saya mulai serius jualan mukena dan masyaallah dalam kurun waktu 40 harian Allah kembalikan uang yang saya pakai umrah dengan jumlah yang sama. Dari tanggal 1 Mei sampai 11 Juni saya mendapatkan keuntungan 21,6 Juta. Ini Nominal ini hampir sama dengan uang yang bayar waktu umrah. Masyaallah tabarakallah, saat pulang kampung lebaran kemarin dan melihat foto umrah yang sudah dipajang di dinding sama wa ina (baca: ibu) air mata saya jatuh-jatuh, Ya Allah saya harus bilang apa T_T

Perjalanan umrah yang lalu begitu membekas di hati saya, Sebelum meninggalkan kampung, saya bilang sama Wa ina agar berdoa biar kami bisa umrah sama-sama lagi 2023 nanti, saya akan menabung lagi Wa Ina.

Cerita tentang Mekkah, masyaallah, ada banyak kejutan yang Allah kasih.

03 Maret 2018

Kami sampai di Mekkah sekitar pukul 11 malam waktu setempat, hampir sepanjang perjalanan saya duduk di lantai bus agar biasa leluasa melihat jalanan Madinah Makkah. Saya kembali mengingat sirah perjalanan hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Masyaallah, pantas saja mereka menjadi generasi terbaik umat ini, baru perjalanan kaki dari Madinah Makkah saja sudah luar biasa, belum lagi dalam hijrah mereka harus meninggalkan tanah kelahiran, rumah, harta, bahkan harus meninggalkan keluarga yang mereka cintai.

Setelah Makan malam, rombongan kami bersiap untuk melakukan umrah. Jangan tanya bagaimana hati saya saat mendekati pintu masjidil haram, ingatan tentang bapak yang saya dorong di kursi beberapa tahun lalu datang lagi, air mata saya sempat meniti, saya memegang erat tangan Wa Ina saat memasuki masjid, saya dan wa ina thawah dan sa'i sambil berpeganan tangan, lirih saya mendengar wa ina menyebut satu-satu nama kami anak-anaknya. T_T

Air mata saya tumpah begitu saja, dada saya bergetar sesegukan dengan sebab yang nggak bisa saya susun satu-satu. Terima kasih ya Allah atas kesempatan ini.

04 Maret 2018

Setelah istirahat sebentar di Hotel, saya dan Wa ina keluar sholat Shubuh, Ibu dan anak berpegangan tangan sepanjang jalan. Rasanya sudah lama sekali saya tidak berpegangan tangan begini dengan Wa ini. Saya menunjutkan pada Wa ina hotel kami tempat menginap waktu umrah lima tahun yang lalu, saya juga menunjukan tempat yang pernah saya datangin bersama bapak.

Untuk wa ina perjalanan kami ini seperti membawa beliau pada kenangan saat berhaji 31 tahun yang lalu bersama bapak. Di kampung kami banyak cerita yang bilang bahwa nanti kalau ke tanah suci kita akan bertemu dengan orang-orang yang mirip dengan keluarga kita yang sudah meninggal. Wa ina sempat bilang "Buyung bagaimana nanti kalau kita bertemu orang yang mirip bapak di Tanah Suci".

Lagi-lagi saya terharu, saya mendadak rindu pada bapak, saya ingat lagi hari-hari saat saya menemani beliau berobat di RS. Dharmais. Bapak pernah bilang ingin sekali kembali ke tanah suci jika sudah sehat, kata beliau, umrah kami tempo hari rasanya ada yang kurang karena selama di tanah suci beliau sering sakit.

Saya dan Wa inA sholat di dekat ka'bah di area perempuan, setelah sholat saya dan wa ini duduk di sana sambil memandangi Ka'bah. Rasanya, haru....

05 Maret 2018

Saya mengajak Wa ina Sholat Shubuh di Lantai paling atas Masjidil Haram. Masyaallah. Saya melihat wajah wa ina takjub dan sangat senang. Saya juga mengajak Wa ina ke pusat perbelanjaan yang ada disekitar Masjdil Haram. Kami membeli jus dan duduk dipinggiran Masjid sambil ngobrol. 

Siangnya kami menghabiskan Waktu di Masjid.

06 Maret 2018

Seperti hari sebelumnya, saya dan wa ina setelah shubuh tidak langsung pulang, kami akan berkeliling Masjid sekedar melihat-melihat jamaah lain. 

Hari ini saat Thawah saya mendapati pemandangan yang membuat saya malu, disela-sela kaki orang-orang yang berdesak-desakan untuk thawah ada laki-laki yang thawah dengan kondisi merangkak. Masyaallah.

07 Maret 2018

Tadinya saya sempat was-was dengan kesehatan Wa ina, Alhamdulillah di tanah suci beliau jadi lebih kuat dari saya. Hehe, alhamdulillah.

Biasanya saat rehat sholat, Wa ina akan minta di Foto dengan latar ka'bah. Permintaan ini hampir ada setiap hari. Haha. Dari Wa ina saya tahu kalau tugu hotel yang ada jam nya itu akan berubah warna (lampunya nyala) saat adzan. Masyaallah wa ina diam-diam memperhatikan setiap apa yang di Masjidil haram.

08 Maret 2018

Dan hari ini menjadi hari terakhir kami di tanah Suci, setelah Thawah Wada, saya bilang ke Wa ina untuk mendoakan kami agar bisa ke tanah suci lagi sama-sama.

Seperti yang pernah saya bilang, betapa perjalanan saya ke tanah suci penuh kejutan, kejutan yang tidak kalah mengejutkannya adalah pertemuan saya dengan Ibu Sofiah Balfas dihari terakhir di Mekkah. Beliau Direktur Operasional tempat saya bekerja dulu. Dihari terakhir saya di kantor, saya tidak sempat bertemu beliau, saya hanya pamitan lewat WA. Dan pengaturan Allah, satu tahun kemudian Allah mempertemukan kami tanah suci.

Masyaallah, dulu waktu masih kerja, bayangan beliau saja sudah membuat kami anak-anak baru takut, hehe, biasanya di jam istirahat kerja saya dan teman-teman akan tidur-tiduran di Mushola Kantor, ini menjadi salah satu sorga dunia di tempat kerja, bisa tidur siang. Tapi semua jadi tegang saat ada bu Sofi, haha, boro-boro mau tidur, nafas aja diatur. 

Setelah Sholat Shubuh saya menghubungi beliau, kami janjian untuk bertemu pintu nomor 67. Setelah menunggu sebentar, saya melihat Bu Sofi turun dari eskalator, saya langsung menyalami dan memeluk beliau.

Entah karena apa, hubungan saya dan bu Sofi jadi begitu baik, saya dibuat takjub oleh semangat beliau dalam menghafal Al Quran. Beliau punya program menghafal satu ayat setiap harinya. Bu Sofi juga menjadi salah satu yang empatinya begitu dalam saat anak saya meninggal.

Dalam obrolan kami, saya bilang ke beliau, bu uang yang saya pakai umrah ini adalah gaji terakhir saya dari bukaka. Hahaha. *Curhat. Tapi saya senang bu karena bisa menamani ibu saya.

Insyaallah Allah akan ganti, kata bu Sofi. Beliau cerita kalau beliau dulu pernah menghajikan orang kemudian Allah ganti berpuluh-puluh kali lipat. Masyaallah.

Sebelum berpisah bu Sofi minta didoakan agar bisa lepas dari Riba. Saya mengaminkan, Semoga sehat-sehat terus bu.

Siangnya, kami ke Jeddah, dan sorenya, kami akan kembali ke tanah air.

Qadarullah, pesawat delay, dan kami harus menginap di Jeddah sambil menunggu penerbangan besok shubuh.

Ada kejutan lagi, hotel tempat kami menginap masyaallah diluar espektasi saya, hehe, dan di kamar saya hanya berdua dengan wa ina. Wa ina sempat bilang, buyung ini hotel bintang lima ya, haha. Saya tertawa, untuk ukuran Jeddah hotel tempat kami menginap mungkin sekelas hotel melati, tapi kok mewah sekali.

Saya ingat beberapa bulan sebelum ke tanah Suci, saya melihat Foto Ipho Santoso bersama ibunya di pinggir kolam renang di sebuat hotel mewah di Bali, saat melihat foto itu saya langsung ngomong dalam hati, nanti kalau ada rejeki saya ingin mengajak Wa ina nginap di hotel bintang lima. 

Masyaallah, yang bikin saya tersenyum, apa mungkin, delaynya pesawat kami adalah satu cara Allah menjawab doa saya untuk mengajak wa ina menginap di hotel bintang 5. :D

09 Maret 2018

Kami sampai di Makassar.

Saya kembali terharu saat melihat suami saya di Bandara, beberapa malam sebelum melunasi uang umrah, ia meyakinkan saya bahwa uang yang pakai untuk menemani Wa ina tidak akan pernah bisa membeli rasa bisa menemani wa ina thawah, sai, sholat di tanah Suci. Dan itu benar. Saya memegang tangan suami saya dan bilang bahwa suatu hari nanti dia harus umrah berdua saja dengan mama (ibu mertua saya).

-------

Padahal sudah berlalu hampir lima bulanan, tapi kenang-kenangan tentang tanah suci masih serasa baru kemarin. Allah sudah memberikan ganti atas apa yang ia janjikan dan ini semakin membuat saya kangen berat ingin kembali ke Mekkah dan Madinah! Sekarang tabungan saya belum cukup, tapi saya percaya Allah selalu menyimpan harapan hamba-hambaNya, ia akan wujudkan dengan caranya. Yes, untuk ke Tanah Suci kita hanya perlu berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh.

Ya Allah mudahkan. Aamiin

You Might Also Like

1 comments

  1. Allahu Akbar. Allah akan ganti belanja kita di jalanNya, sungguh Allah maha benar janjiNya yah mbak...😙😙😇

    ReplyDelete

I'm Proud Member Of