Menularkan Kebiasaan Pada Anak

9:32:00 PM

Selfi setengah mukanya Ruwaid😅😂
Sejak punya anak, salah satu agenda besar saya adalah mencoba banyak kebiasaan baik. Saya percaya rumah adalah tempat pertama membentuk kebiasaan, saya ingin kebiasaan baik yang saya lakukan tiap hari bisa merangsang anak saya melakukan hal serupa. 

Tapi, Mungkin karena sudah terlalu lama hidup seenak udel, jadi ini bukan hal mudah untuk saya. Dan dua mata kecil yang selalu mengamati apa yang saya lakukan menjadi peniru ulung, kebiasaan korek telinga yang saya cintai diconteknya, kebiasaan pegang hp juga mulai diikutinya, yang jadi PR saya saat ini adalah gimana caranya bisa main hape dengan asik tapi dia nggak lihat. 😂

Menjadi ibu ternyata ada banyak hal yang berubah dari diri saya, salah satunya, saya jadi penuh perhitungan. Benar-benar mempertimbangkan faktor butuh dan kemampuan. Hal ini berangkat dari keadaan ekonomi yang menuntut saya untuk rajin berhitung jika tidak ingin melarat melarat ditanggal 5. 😅

Tadinya keadaan ini sempat bikin kepala saya pening, tapi lama-lama malah membentuk kebiasaan baru, ditambah lagi bertambahnya pengetahun tentang hidup minimalis dengan hanya menyimpan barang yang benar-benar saya butuhkan dan bikin bahagia. Efek yang paling berasa banget saya tidak lagi gampang tergoda oleh lambaian gamis dan jilbab. Secara nggak langsung ini saya tularkan ke anak saya. Ingat banget dulu waktu anak pertama saya jajan banyak banget keperluan bayi sampai dobel-dobel, pas anak kedua naluri jajan berkurang dengan sendirinya, hanya beli jika butuh.

Sejak merasakan manfaat hidup minimalis, saya berangan-angan menularkan kebiasaan ini pada Ruwaid. Saya ingin dia bisa memilah mana yang ingin dia simpan dan ia tinggalkan. Sebenarnya sih, untuk anak-anak seumuran Ruwaid, hampir semua barang yang dia punya adalah pilihan ibunya, jadi kalaupun barangnya ada segambreng maka ibunya lah yang paling bertanggung jawab. Dari beberapa teman yang penghasilannya lebih banyak, saya dapati seperti lapar mata, dengan alasan sayang anak, hampir setiap ada model baju anak terbaru, anaknya nggak ketinggalan. Nggak masalah sih, ini balik lagi ke pilihan masing-masing. 

Saya memilih untuk tidak melakukan serupa selain ngitung duitnya, saya nggak mau membentuk kebiasaan baru untuk Ruwaid, kebiasaan punya banyak barang, kebiasaan punya semua yang lagi 'baru' walaupun dia sebenarnya nggak butuh, dan kebiasaan maksa ingin punya sesuatu padahal ia nggak mampu beli karena sebelumnya sudah terbiasa semua keinginannya dipenuhi. Saya ingin dia lebih menghargai apa yang ia miliki, dan saya pikir saat yang ia punya nggak 'berlebihan' ia akan lebih respek. Apalagi di zaman sekarang kondisinya bikin orang terbawa untuk jadi obesistuff,  penampilan begitu disanjung dan dinomor satukan. Jadi sebenarnya bukan cuma masalah barang, hal ini lebih pada kemampuan dia bisa memilih apa yang benar-benar dia butuhkan dan membuat dia bahagia. 

Yang saya ceritain di atas adalah salah satu point dari kebiasaan baik yang saya pelajari, sebenarnya masih ada banyak banget yang harus saya pelajari seperti kadang lupa nutup mulut pas nguap, nutup toples dengan rapat kalau habis ngambil apa-apa, suka numpahin odol di lantai kamar mandi, suka ngomentarin hal-hal nggak penting, nggak sabaran, dan banyak lagi, hehe. Walaupun ini baru perubahan kecil di diri saya, tapi ini bikin saya semangat untuk mengumpulkan banyak kebiasaan baik untuk perubahan lain, yang bisa nantinya saya tularkan ke Ruwaid.

😁

You Might Also Like

1 comments

  1. Saya juga sedang berusaha untuk hidup minimalis mbak.
    Anak pertama, lelaki 8 tahun yang sering mengingatkan untuk membeli yang diperlukan saja. Kadang kalau lagi jalan-jalan, lihat sandal/baju, saya tawari untuk beli buat dia. Dianya bilang "sandalku masih bagus kok... Bajuku udah banyak". Beda dengan anak kedua.

    Anak kedua, perempuan 7 tahun, klo jalan-jalan, lihat sandal/baju lucu, belum ditawari juga udah kasih kode kalau dia pengen dibelikan itu hehehe....

    ReplyDelete

I'm Proud Member Of