Gratitude - Attitude

10:08:00 AM

Saya mengenal istilah Rekening Bank Emosi  (RBE) saat membaca buku " The 7 Habits of Highly Effective People" yang ditulis Stephen Covey. Dalam interaksi antar manusia, setiap individu memiliki kesan atau penilaian tentang orang lain yang tercatat dalam ingatannya. Jika kesan atau penilaiannya terhadap seseorang menyenangkan, maka catatannya tentang orang tersebut positif. Sebaliknya jika kesan atau penilaiannya tentang seseorang banyak tidak menyenangkan, maka catatan tentang orang tersebut akan negatif.

Catatan dalam ingatan seseorang tentang orang lain ini bisa berubah-ubah, tergantung bagaimana mereka berinteraksi dari waktu ke waktu. Disebut sebagai Rekening Bank Emosi (RBE) karena cara kerjanya mirip-mirip dengan Rekening Bank (RB) yang kita kenal. Keduanya mengenal kegiatan "Setoran" dan "Tarikan".

Dalam RB, jika kita melakukan setoran sejumlah uang, maka saldo rekening kita bertambah. Sedangkan jika kita menarik uang, maka saldo rekening kita akan berkurang. Hal yang sama juga berlaku dalam RBE. Jika kita melakukan perbuatan yang menurut orang lain menyenangkan, maka saldo RBE kita meningkat. Orang lain menilai kita semakin positif. Sebaliknya kalau perbuatan kita dinilai banyak tidak menyenangkan, maka saldo RBE kita di benak orang lain menjadi negatif.

Semakin banyak kita melakukan setoran dengan melakukan perbuatan yang dinialai baik oleh orang lain, maka saldo RBE kita semakin positif.

***

Saya mengingat lagi istilah RBE setelah satu bulan terakhir ini dibuat terkesan oleh seorang teman di grup WhatsApp yang saya ikuti. Awalnya saya tidak memberikan perhatian lebih pada pesan yang ia kirimkan di grup Whatsapp. Bukan hanya saya, penghuni grup lain seolah acuh dan menganggap apa yang ia lakukan 'biasa' karena hampir setiap hari ia melakukan hal yang sama. Namun sebulan terakhir ini saya mengikuti apa yang ia bagikan dan menariknya ketika saya mendapati ia selalu mengucapkan 'terima kasih' saat anggota grup mengirimkan pesan positif, selalu dia yang mengucapkan terima kasih saat yang lain diam. Saya sempat berpikir ia akan lelah, hehe, tapi sampai hari ini ia tetap sama, tetap setia membalas kebaikan yang ia terima di grup meski hanya dengan ucapan 'Terima kasih', tetap menyapa hangat anggota grup lain disetiap keempatan.

Mungkin untuknya apa yang ia lakukan sederhana, tidak terencana, tapi untuk saya ucapan 'Terima kasih' yang ia ulang-ulang menjadi inspirasi dan membawa perbedaan bagi saya. Bagi saya ia begitu berkesan. Ucapan Terima kasih yang sering biasa kita dengar ia beri nilai tambah sebagai bentuk apresiasi pada setiap kebaikan yang ia terima. Hal ini barangkali terlihat sepele, tapi mampu menghangatkan hati dan mengisnpirasi untuk melakukan hal serupa karena ternyata siapa saja bisa jika ia mau. Jadi yang membedakan adalah kemauan.

Membicarakan grup Whatsapp, coba deh lihat handphonemu dan hitung ada berapa grup Whatsapp yang kamu ikuti. Saya pernah melakukan semacam observasi kecil-kecilan (cie, hehe) pada grup-grup yang saya ikuti, saya menemukan beragam jenis manusia, hehe. Tinggal kita yang memilih mau dikenang seperti apa. 

Dengan adanya media sosial, ada banyak kebaikan yang bisa kita tularkan, tinggal pilih mau mem 'branding' diri seperti apa dan itu akan berpengaruh pada Rekening bank emosi yang kita miliki. Dari teman yang rajin mengucapkan terima kasih saya belajar menghargai kebaikan sekecil apapun dan lebih sering mengucapkan terima kasih,  karena tidak ada kebaikan yang sepela jika dilakukan dengan tulus, barangkali ini menjadi salah satu hikmah dari pesan Rasulullah untuk menjaga diri dari apa neraka walau hanya dengan sebutir kurma. Saya percaya setiap kebaikan yang kita lakukan akan berbuah, sesederhana apapun itu, membuat orang lain tersenyum, menanyakan kabar, mendengarkan dengan empatik, mengucapkan terima kasih, atau memuji dengan tulus. Semangat!

:)

You Might Also Like

0 comments

I'm Proud Member Of