8 Kiat Bangkit Dari Keterpurukan Baby Blues

10:46:00 AM




Mungkin bukan cuma saya saja yang pernah melewati fase takut stres di awal-awal menjadi ibu, dan ketakutan saya sempat menjadi nyata saat saya menyadari bahwa saya terkena baby blues beberapa hari setelah melahirkan, dengan tingkatan yang berganti-ganti, kadang dilevel rendah, kadang bisa sampai ubun-ubun. 

Sebelum merasakan sendiri, saya sempat nggak percaya kalau ada yang ibu yang 'tidak' bahagia memiliki seorang bayi terlepas dari kondisi apa yang dia hadapi. Apalagi saya saat itu setahun sebelumnya kehilangan anak pertama, teorinya saat memiliki anak kedua harusnya bahagia yang saya rasakan benar-benar full, tapi kenyataannya kadang saya merasa sedih. Ada masa-masa saya pengen ngejedotin kepada kepala ke tembok,  saya juga pernah menangis sendiri di kamar mandi, pernah juga membiarkan anak saya menangis meraung-raung sedang saya diam di pojokan. Apa saya nggak cinta sama bayi yang sebelumnya saya minta kehadirannya siang malam? ada apa? kurang iman kah saya?

Setelah berlalunya waktu dan mengenang kembali masa-masa itu, saya tercerahkan, dulu itu saya lupa membuat diri saya bahagia. Fokus saya hanya pada anak, sampai mandi dan makanpun saya lewatkan, padahal prinsipnya kalau ada apa-apa ibunya dulu yang harus pakai 'pelampung' baru anaknya, ibunya dulu yang harus pakai masker oksiegen baru anaknya, ibunya dulu yang harus di urus baru anaknya. Tapi kenyataannya saat anak lahir si ibu dianggurin semua fokus ke anaknya. 

Ngomongin baby blues ternyata 'perasaan ajaib' ini dialami 60-80% ibu yang melahirkan. Ada yang berani mengakuinya tapi banyak juga yang menyimpannya sendiri dengan berbagai alasan. Ada yang menyadari kehadirannya lalu mencari obatnya, ada yang tidak menyadari kehadirannya lalu dikuasai. 

Menurut Heidi Murkoff dalam buku What to Expect When You're Expecting, sebenarnya penyebab timbulnya perasaan ajaib 'Baby blues' mudah dipahami jika sejenak mengenang kembali apa saja yang telah terjadi dalam hidup Anda, tubuh Anda, dan jiwa Anda: lonjakan kadar hormon dalam waktu singkat (yang menurun tajam setelah melahirkan), proses melahirkan yang menguras tenaga, tuntutan untuk mengasuh bayi tanpa mengenal waktu, kurang tidur, perasaan kecewa, kendala dalam proses menyusui, ketidak senangan terhadap penampilan Anda, dan ketegangan hubungan dengan suami (istri jungkir balik menyusui, suami enak banget boboknya, belum lagi jika ibu mertua ikut menuang garam :D). Dengan segunung tantangan yang harus Anda hadapi  tidak heran apabila Anda merasa sedih.

Dulu Baby Blues yang saya rasakan akan naik tajam saat saya kelelahan, jadinya bukan cuma pas awal lahiran aja saya didatangi si perasaan ajaib, sampai anak udah agak gedean saya masih sering labil sendiri saat lelah yang kadang datangnya gara-gara maksain diri harus mengerjakan semuanya saat itu juga, harus selesai sebelum anak bangun dan bla bla bla. Seiring waktu saya menyerah, saat anak tidur saya juga tidur, mandiin anak enggak harus pagi-pagi yang paling penting isi perut dulu, dan rumah bersih 24 jam itu hanya mimpi, jadi nggak usah dibawa ke hati. Hasilnya, saya lebih santai dan gampang bahagia. Jelas untuk tiap orang pasti kondisinya nggak sama, intinya, nggak ada cerita ibu setres bisa mengurus anaknya dengan baik. Sebiasa mungkin harus mencari cara untuk bangkit dari keterpurukan demi anak!

Dua malam yang lalu hati saya sesak membaca berita seorang ibu membunuh tiga anaknya, wallahu 'alam apa penyebab pastinya, dari beberapa berita yang saya baca disebutkan bahwa si ibu depresi. Saya tidak bisa membayangkan perasaan sang Ibu. T_T. Walaupun di luar sana banyak ibu-ibu yang nggak segan-segan menyakiti anaknya tapi membaca berita ini saya sedih. Sebelumnya saya pernah membaca berita serupa, Ibu 'menyakiti' anaknya, ada yang sampai menodongkan pisau pada bayinya yang tidak mengerti apa-apa. Saya nggak tahu pasti apakah sindrom Baby Blues /postpartum sindrom yang menjadi penyebabnya, tapi dari beberapa cerita mereka dengan sindrom Baby blues akut ( mungkin udah naik naik level sindrom postpartum kali ya) yang saya baca memang ada perasaan yang kadang menggerakan untuk 'menyakiti' anak walaupun setelah itu mereka menyesal luar biasa. T_T

Beruntungnya saya, jauh sebelum punya anak saya sudah mencari tahu Baby blues, penyebabnya, dan cara mengatasinya. Hal ini sedikit banyak membantu saya untuk bangkit, dan tidak berlarut-larut dalam lingkuran perasaan ajaib ini.

Dalam buku What to Expect When You're Expecting dipaparkan kiat-kiat untuk bangkit dari keterpurukan pasca persalinan, kiat-kiat ini sudah saya praktekan, dan sangat membantu.

#1 Jangan berharap muluk-muluk

Merasa kewalahan dan tidak becus dalam menjalankan peran Anda sebagai seorang ibu? Mungkin, Anda akan merasa tertolong jika Anda mengingat bahwa kondisi seperti ini tidak akan berlangsung lama. Untuk saat ini turunkanlah harapan terhadap diri sendiri dan bayi Anda. Berharap terlalu banyak hanya akan membuat diri kecewa dan membuat suasana hati terpuruk. Lakukan saja semampu Anda, walaupun belum sesuai keinginan. Tidak apa-apa.

#2 Jangan melakukan semuanya sendiri

Tidak ada yang lebih menyedihkan selain ditinggal sendiri dengan bayi yang menangis, segunug pakaian kotor, tumpukan piring kotor, dan jaminan tidak dapat tidur nyenyak di malam ini. Jadi mintalah bantuan suami, ibu, teman, atau penyedia jasa kebersihan.

#3 Berdandanlah

Meluangkan sedikit waktu untuk membuat diri Anda terlihat menarik akan membuat Anda lebih senang. Jadi ibu ayo mandi dan rapikan diri.

#4 Keluarlah dari rumah

Sungguh menabjukan bahwa perubahan suasana di luar juga akan menciptakan perubahan suasana hati. Cobalah untuk keluar dari rumah sedikitnya sekali dalam sehari, ajaklah bayi Anda berjalan-jalan di taman, lakukan kegiatan apa saja untuk keluar dari lingkaran "menderita seorang diri"

#5 Memanjakan diri Anda

Paling suka bagian ini, hehe

Sesekali jadikanlah diri Anda prioritas tanpa ada perasaan bersalah saat memilih bahagia sejenak 'sendiri'

#6 Gerakan tubuh Anda

Olahraga akan meningkatkan kadar hormon endorfin yang membentuk perasaan menjadi gembira serta menciptakan suasana hati riang secara alami. Jadi berolahragalah di rumah, berjalan-jalanlah setiap pagi dan sore bersama bayi, atau sekedar berjalan-jalan di pekarangan rumah pun tidak mengapa. Nggak boleh mager pokoknya. hehe

#7 Jadilah 'pemamah biak' yang bahagia

Karena sesungguhnya tidak ada logika tanpa logistik. Haahaha..

Biasanya para ibu baru karena sibuk mengisi perut bayi hingga lupa mengisi perut sendiri, akhinya gula darah yang rendah menyebabkan anjloknya energi dan buruknya suasana hati, belum lagi kalau maghnya ikutan kambuh. Makan aja yang banyak walaupun mungkin kepikiran bodi udah segede kulkas dua pintu. 

#8 Menangis dan tertawalah

Jika ingin menangis maka menangislah tapi jangan lupa untuk segera bahagia karena ada bayi kecil yang begitu membutuhkan ibunya. Sampaikan perasaan ke suami, dan apa yang Anda inginkan

Masih tak kuasa juga menahan kesedihan walaupun sudah mencoba berbagai cara? tetaplah mengingatkan diri sendiri bahwa gejalan ini akan berlalu, dan akan datang masa-masa menyenangkan. Jika perasaan depresi tidak kurang dalam dua minggu atau memburuk maka segera cari pertolongan.

***

Keep Fighting, di samping anak-anak yang bahagia ada ibu yang bahagia. Mungkin lingkungan membawa pengaruh besar pada kondisi kejiwaan seseorang, tapi diri sendiri yang bertanggung jawab penuh untuk memilih mau seperti apa. Sekarang senyum anak berasa tukang pijit yang bisa menghilangkan letih mengurus ini itu di rumah, hehe. Walaupun mungkin sebagaian ada yang menganggap hal ini nggak ada hubungannya sama iman, tapi menurut saya sangat dekat hubungannya, jangan sampai kita lupa meminta tolong pada Allah, lupa mengingatNya :)

You Might Also Like

2 comments

  1. Makasih ya mba udah sharing. Aku pernah nangis2 tiap malam, marah sama baby ku, mau mecahin semua botol ASIP di freezer, dan akhirnya pelan pelan sadar dan bisa bangkit. Dengan tidak terlalu mengharap banyak pada orang lain. Sepakat, ibu harus bahagia agar keluarga bahagia :)

    ReplyDelete

I'm Proud Member Of