MY BREASTFEEDING JOURNEY

9:03:00 AM


Terharu! 

Adalah satu-satunya kata yang bisa mewakili perasaan saya pas pertama kali menyusui Ruwaid. Masih jelas banget, setahun sebelumnya, saya meriang karena Payudara (PD) bengkak setelah lahiran, anak saya meninggal, ASI saya nggak boleh dipompa karena hanya akan merangsang keluar lebih banyak lagi. Ya, itu adalah pekan-pekan terberat yang pernah saya lewati.

Alhamdulillah sudah berlalu, dan Allah mengirim pelipur lara atas kehilangan saya yang lalu, Ruwaid!

Seperti cerita kebanyakan calon ibu lainnya, semakin mendekati persalinan, semakin banyak hal yang bikin kuatir, salah satunya adalah bagaimana menyusui. Salah seorang teman baik saya pernah bercerita kalau tadinya dia pikir menyusui akan gampang saja, ternyata pada kenyataannya banyak banget dramanya, ditambah belum adanya pengalaman. Saya sendiri diawal-awal menyusi sempat bingung bagaimana memulainya, posisi menyusui yang sudah saya hafal mati berasa hilang begitu saja pas berhadapan sama si orok. Alhamdulillah proses saya menyusui diawal-awal terasa dimudahkan meskipun sempat meriang juga karena PD bengkak, ditambah lagi bekas operasi yang suaakit. hehe.

Drama baru dimulai saat saya mengantar Ruwaid kontrol pertama kali ke dsa, saat itu umur Ruwaid  baru satu pekan. Hasil pemeriksaan menunjukan kalau Ruwaid harus disinar di ruang bayi karena bilirubinnya tinggi. Saya panik. Perasaan saya sedih sekali karena membayangkan Ruwaid harus kami tinggal di RS. Setelah proses administrasi selesai, saya dan suami ditemani suster mengantar Ruwaid ke ruang bayi, disinilah drama dimulai, suster yang jaga malam itu ngomong ke saya dengan nada menakuti yang ujung-ujungnya dia ngomong ke saya untuk memberikan Sufor ke Ruwaid, alasannya bayi bisa dehidrasi jika kurang minum pas disinar, sedang saya belum punya stok ASI. Saya sempat bilang ke susternya, nanti saya akan menunggui anak saya untuk saya susui, tapi dia balik ngomong lagi kalau Ruwaid nggak boleh bolak-balik dikeluarin dari tempat penyinaran karena bisa menyebabkan hasil penyinarannya nggak maksimal

Detak jantung saya udah nggak teratur saat itu, saya benar-benar nggak bisa mikir, suster sebelumnya bilang ke saya, bayi disusui per dua jam dan bisa dikeluarkan dari tempat penyinaran. Tapi suster yang jaga malam itu benar-benar udah kompakan bikin saya takut setengah mati, tiga suster jaga dihadapan saya berbarengan ngomong, yaa terserah ibu aja, kami nggak tanggung jawab kalau anak ibu dehidrasi karena ibu ngotot mau ngasi ASI.

Pas dengar mereka ngomong kayak gitu, air mata saya langsung tumpaaaah, deraasssss, rasanya pengen makan orang.  Dengan suara terbata-bata saya ngomong ke mereka  "Kalian mungkin nggak akan mengerti perasaan saya, bagaimana hancurnya hati saya pas kalian ngomong kayak gitu, anak saya baru meninggal setahun lalu, saya benar-benar takut kehilangan. Saya nggak mungkin ngotot mau maksain ngasih Asi ke bayi saya kalau emang nggak ada, saya juga nggak mungkin biarin dia dehidrasi"

Entah karena merasa bersalah atau apa, akhirnya mereka menawarkan ke saya untuk memompa ASI. Mungkin karena kadung setreeees, ASI saya keluarnya dikit banget, padahal saat itu sudah tengah malam T_T

Akhirnya buat jaga-jaga, saya diminta tanda tangan pemberian sufor untuk kondisi darurat. Saya sempat kuatir Ruwaid nggak bisa minum pake dot (ibu-ibu yang lain nggak mau kali bayinya diminumin pakai dot, dan memang idealnya jangan dikasih dot kecuali jika hal itu diperlukan secara medis), alhamdulillah si orok lahaaap banget pakai botol.

Dua hari Ruwaid disinar di Rumah sakit, dalam dua hari itu juga saya bolak-balik rumah - rumah sakit. Disinilah saya merasa kalau ibu bisa jadi superhero untuk anaknya, berasa pendekar yang lagi terluka tapi masih bisa jalan untuk menyelematkan si kesayangan, hehe.

Bolak-balik saya ke rumah sakit selama dua hari benar-benar berhikmah, suster-suster yang kemarin bikin saya murka jadi ramah banget, mereka mengajari saya cara menyusui yang benar, cara memompa asi, cara memandikan bayi, membedong, dan menggendong. 

Dari pengalaman yang sudah terlewati ada beberapa serba-serbi tentang mulai menyusui yang ingin saya sharing, ini saya ambil dari hasil baca buku plus pengalaman penuh drama yang sudah saya lewati. hehe

Karena saya termaksud orang yang nggak akan cukup percaya diri hanya dengan sugesti seperti kamu pasti bisa, dll, maka bawaanya akan kepikiran kalau belum tahu apa sih yang akan saya hadapi. Intinya saya baru bisa percaya diri kalau sudah mempelajari apa yang akan saya lewati, termaksud menyusui. Saya rasakan betul,  mempelajari sebanyak mungkin tentang menyusui sejak dini, dan masalah-masalah yang tak terhindarkan sangat membantu proses ini. Walaupun pada prakteknya saya sempat amnesia dadakan karena panik :p

1. Jangan panik walaupun susaah untuk nggak panik. 

Jadi Ruwaid nggak IMD, dan saya tidak berkecil hati atas hal itu :)

Salah satu perasaan yang saya rasakan pertama kali menyusui adalah bingung, sampai keringatan pala beta gara-gara bingun nyari posisi yang nyaman. Disatu sisi pengen nyusuin si anak, disisi lain bekas operasi sesar berasa nyut-nyut banget. Pas bagian ini harus dipahami betul bahwa kita dan si anak sedang belajar, segera memulai belajar dan tidak berputus asa andai proses menyusui belum mulus sangat memudahkan untuk proses selanjutnya.

2. Bersabarlah jika bayi anda memulai dengan lambat

Dan sayapun sempat baper saat si orok kayak malas-malasan nyusu. Padahal bisa jadi dia emang belum lapar karena bayi baru lahir memang hanya memerlukan sedikit asupan gizi dibeberapa hari pertama kelahirannya. Meskipun demikian tetap sodorkan PD ke mulut bayi anda untuk melatihnya meminum ASI

3. Jagalah bayi anda terbebas dari botol

Saya tahu ilmu ini pas Ruwaid udah disosorin botol sama suster RS. Alasan kenapa sebisa mungkin menghindari dot adalah agar refleks mengisap bayi anda tidak terganggu, karena mengisap dot memerlukan usaha yang lebih sedikit, kuatirnya saat diperhadapkan tantangan lebih berat mengisap susu ibu si bayi akan menyerah. Ini nama lain dari bingung puting kali ya, Ruwaid sempat kebingungan di awal-awal apalagi pas saya udah kerja.

4. Ayo kosongkan.

Saya dalam dua bulan terkena mastitis sebanyak EMPAT kali. Rasanya, jangan ditanya, saya sampai bilang ke suami, kalau saya meninggal jangan cepat-cepat nikah ya, hahaha. 

Ada beberapa cara untuk meredakan pembengkakan payudara (PD):
  • Gunakan air hangat untuk memperlunak aerola dan mendorong keluarnya ASI
  • Pijat PD dengan lembut
  • Gunakan kantong berisi es untuk mengurangi pembengkakan.
  • Gunakan bra menyusui yang pas
  • Teruslah menyusu walau rasanya nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata satu buku, hahaha.
  • Perahlah sedikit PD dengan tangan sebelum menyusui untuk memperlancar ASI
  • Mengubah posisi

5. Jangan coba menyusui bayi yang sedang menangis

Dan ini saya lakukan. 

Padahal harusnya saat bayi menangis jangan langsung disodori ASI tapi tenangkan dulu dia. Dari pengalaman, si bayi malah meronta-ronta saat di 'paksa' menyusu dan si ibu galau deh karena bayinya nangis-nangis tapi nggak mau nyusu

6. Mengetahui lebih dini kendala-kendala dalam menyusui agar nggak gampang panik, seperti saluran susu tersumbat dan infeksi payudara (mastitis)

Itulah beberapa pengalaman saya selama menyusui, ya, semuanya berproses. Berusaha menjalani proses itu dengan bahagia akan memudahkan proses menyusui kita selanjutnya. Alhamdulillah semua sudah terlewati, dan pada proses itu ada banyak pelajaran. Ya, sabar.

Happy breastfeeding! 

You Might Also Like

0 comments

I'm Proud Member Of