Tapi Pahalanya Lebih Besar
9:10:00 AM
Di awal-awal menikah, kadang saat sudah lelah mengurusi ini itu di rumah saya ingat kehidupan saya sebelum menikah tanpa terbebani dengan urusan rumah tangga. Dulu waktu masih kerja dan hidup sendiri saya sengaja membayar ART yang mengurusi segala urusan domestik rumah, saya juga tidak perlu repot memasak, uang bulanan saya selalu cukup bahkan berlebih dari gaji saya, saya bisa beli apa yang ingin saya beli tanpa harus mikir-mikir, jika sudah begini selanjutnya saya akan gampang meledak, selanjutnya lagi saya merasa suami saya telah membuat hidup saya menderita.
Sampai pada suatu hari, setelah empat tahun pernikahan kami, dini hari bertepatan dengan jadwal saya dan suami mencuci. Suami saya mengambil bagian menyikat pakaian, saya yang membilas, ntah dari mana datangnya, saya membuka obrolan tentang kehidupan saya yang lalu sebelum menikah dan masih kerja.
'Dulu enak banget nggak usah pusing urusin cucian dan setrikaan'
'Dulu enak kalau pulang kerja langsung bisa santai-santai, sebelum pulang makan dulu di luar terus rumah udah rapi'
'Dulu enak bisa jajan apa saja tanpa harus mikir-mikir'
Suami saya diam...
Saya sama sekali nggak mikir akan ada apa-apa di hati suami saya.
Lalu saya ingat suami saya juga pernah bilang diawal-awal pernikah kami sebelum menikah semua pakaiannya di londri, nggak pernah masak juga, bisa nabung, dan....
Beberapa hari yang lalu saat ngobrol-ngobrol lagi dan kami mulai menghitung hari kapan gajian karena uang bulanan udah habis. Suami saya bilang ke saya...
'njo hidup kamu mungkin nggak sama lagi enaknya seperti dulu, tapi pahalamu lebih banyak sekarang'
'njo maaf ya uang yang saya kasih ke kamu tidak sebanyak gaji kamu waktu masih kerja'
Mendengar itu, hati saya seperti di pukul, saya diam lama sekali, mengingat segala keluhan saya selama ini, dan suami saya jadi pendengar yang sabar. 😭
----
Saya takut menjadi bagian dari hadis nabi tentang neraka yang banyak dihuni perempuan, bukan karena nggak sholat atau nggak pakai jilbab, tapi mereka mengkufuri suaminya. Terlebih saat mendapati suaminya dalam keadaan 'kurang'. 😭
Belakangan ini saya sering berpikir andai tetap memutuskan untuk bekerja dengan gaji lebih besar dari suami, mungkin saya tidak akan terlalu butuh pada nafkah yang suami saya berikan. Perasaan tidak butuh ini saya rasakan di awal-awal saat kami masih LDRan, saya sesekali akan bilang pada suami saya 'uang bulanannya kamu pakai aja, saya ada kok'. Ntah bagaimana perasaan suami saya kala itu. Lalu suami saya akan bilang 'udah saya transfer, diterima ya njo walaupun cuma dikit'😭
Kadang saya beranggapan menjadi istri dan ibu membawa saya pada pengorbanan yang besar, Kesadaran-kesadaran lain muncul saat saya melihat suami saya yang tidak pernah merasa berkorban apa-apa, padahal setelah menikah ia yang sebelumnya tidak pernah mencuci menyempatkan diri mencuci sebelum ke tempat kerja, ia yang dulu bisa memilih makan apa di luar rumah setelah menikah memilih menikmati masakan istrinya yang itu itu saja, ia yang dulu bisa membeli pakaian terbaik yang ia inginkan setelah menikah tidak lagi, ia memutuskan menyimpan uangnnya untuk anak dan istrinya. Ia dengan kekuatiran yang banyak tapi disimpanya sendiri, semua keinginannya ia kesampingkan untuk anak dan istrinya.
Beberapa hari ini saya menatap punggung suami saya lebih lama saat ia berangkat kerja, saya membayangkan ia tiba-tiba pergi dan tidak kembali, ntah penyesalan sebesar apa yang akan saya rasakan. Sekarang saya tahu alasan terbesar mengapa selama ini ia hampir tidak pernah mengeluh, dihatinya ia menyimpan pemahaman bahwa kehidupan setelah pernikahan dengan segala suka dukanya berpahala lebih besar sebab tidak lagi memperjuangkan diri sendiri tapi ada anak dan pasangan yang harus diperjuangkan kebahagiannya.
Sore tadi saat ia pulang sholat ashar, saya meminta maaf padanya, lalu ia bilang 'saya yang minta maaf njo belum bisa bikin kamu bahagia, belum bisa beliin semua yang kamu mau tapi saya selalu doaian kamu jadi istri yang shaliha'
Air mata saya langsung jatuh sederas air terjun niagara.
❤Abinya Ruwaif & Ruwaid
1 comments
Betul mbak rahma, fase setelah menikah jadi berputar 180 derajat ya mbak.
ReplyDeleteapalagi sebagai seorang istri jadi harus tambah sabar seperti istri saya hehe... btw romantis sekali suaminya.