#gamelevel1: Because I Love You
11:58:00 PM
Di hari ke lima tantangan komunikasi produktif masih berasa sering khilaf, masih suka ketukar-tukar peran antara ibu peri dan ibu tiri, hahaha, tapi alhamdulillahnya, saya bisa mengendalikan auto pilot respon yang selama ini sering bikin saya menyesal saat sedang nggak sabaran. Hari ini saya kepikiran, ada bagusnya juga kalau sepanjang tahun ada tantangan begini, jadi bawaannya sadar dalam bersikap. Hehehe. Tapi sebenarnya, teorinya sih nggak butuh waktu selama satu tahun untuk membangun kebiasaan baik, dari buku kebiasaan manusia efektif yang pernah saya baca, kita hanya butuh waktu kurang lebih satu bulanan untuk mengasah kebiasaan baik dalam diri kita. Salah satu kebiasaan baik yang menurut saya penting dan wajib saya punya adalah komuniasi produktif, berasa penting banget untuk saya yang kalau ngomong suka panjaaaaaang dan nggak jelas maunya apa. 😅😅
Ruwaid tanggal delapan kemarin genap dua tahun. Alhamdulillah, di usianya yang sekarang sudah bisa diajak komunikasi sedikit-sedikit. Dia juga sudah pintar mengungkapkan perasaannya, dan yang paling wow adalah dia sudah bisa menunjukan nggak terima saat ada yang menyentuhnya dengan 'kasar' menurut dia. Yang terakhir ini paling bikin takjub, sebulan yang lalu, dia masih diam saat dipukul sama teman seumurannya, kemarin pas datang tarbyah, bukan dia lagi yang dipukul tapi gantian dia yang mukul, Jangan-jangan selama ini dia nunggu momen bisa balas dendam. 😂
Dan yang paling bikin saya takjub adalah dia jadi perasa setiap ada yang nggak sesuai keinginannya dia langsung menunjukan respon nggak suka, responnya macam-macam, mulai dari cuma rengekan sampai nangis guling-guling di lantai. Nah ini adalah fase yang tantangannya berasa wow sekali, harus punya stok sabar segambreng, mak. 😅😂
Pagi ini dimulai dengan drama dia bangun duluan, trus dia bangunin saya menggunakan remot tivi, remotnya dipukulkan ke mulut saya. Ya Allah, Saya bukan hanya bangun tapi langsung duduk karena kaget, mana bibir yang kena remot pas ada sariawannya, hahaha, saya melihatnya dengan tatapan sedih (saya pura-pura nangis sambil menutup muka) beberapa detik kemudian dia juga tarik gas poll nangis kencang banget. Merasa bersalah kali ya. Saya tarik nafas dalam-dalam, trus mengatur intonasi suara, dan bilang, 'Ruwaid sayang, kenapa uminya dipukul?". Dia berhenti nangis, tapi masih sesegukan, beberapa detik kemudian, dia senyum dan ngajak tos. Dooh bocaaah, lucu banget sih, emaknya masih kesakitan dia udah ngajak damai. 😂
Siangnya setelah bangun tidur, Ruwaid main seperti biasa, apa saja dimainin sama dia, setiap kali dia habis numpahin mainan dari box dan keranjang penyimpanan dia ngeloyor pergi, setelah saya rapikan dia akan datang meminta mainannya kemudian menumpahkannya lagi, begini berulang-ulang seharian. Sungguh ini ujian part kesekian untuk kesabaran ibu-ibu, pada bagian ini harus nyetok kesabaran dua kulkas. Hahaha. Saya bilang ke Ruwaid "Nak, umi maunya kalau Ruwaid udah main, mainannya dimasukin ke box lagi ya, terus kalau nyimpan mainan harus pelan-pelan biar nggak rusak"... ini versi sabarnya. Versi nggak sabarannya "Ruwaid mainaannya jangan di lempar-lempaar". Hahaha. Nah ini tadi yang saya bilang diawal, karena lagi ada dizona tantangan jadi ngomongnya tuh terkontrol.
Sorenya, saya mengajak dia jalan-jalan sore disekitaran rumah, saat akan keluar rumah dia terjatuh di pintu karena buru-buru keluar, takut ditinggal, hehe. Dia bangun dengan wajah meringis, saya menghampirinya. Saya punya dia pilihan mau memberikan respon yang bagaimana. Bisa saja saya bilang "Tadi kan umi udah bilang... bla.. bla.. bla.." atau "Ruwaid sih nggak nurut sama umi..." Tapi saya memilih respon yang menunjukan empati, saya mendekati Ruwaid lalu duduk disampingnya, lalu saya tanya "Sakit ya sayang ya, sini umi tiup". Nggak tahu sejak kapan, setiap kali Ruwaid kesakitan saya akan bilang "Ya Allah sembuhin Ruwaid ya Allah lalu saya meniupnya" dan ini sakti banget, setelah ditiup sakitnya langsung hilang, nangisnya juga berhenti. Karena udah biasa diginiin setiap kali kesakitan pasti minta ditiup. 😂😂😂. Saya juga kalau kesakitan, gantian yang dia yang tiup-tiup. 😂😂😂
Malamnya, jadi akhir-akhir ini Ruwaid lagi senang-senangnya tidur dilantai, ntah apa yang dia rasakan, tapi dia suka. Mindset dia suka ini jadi kayak acuan saya bersikap, karena dari awal saya tahu dia suka, maka kalau saya langsung larang atau ngangkat dia pasti deh dia nggak akan mau, sama seperti kita orang dewasa saat melakukan aktifitas yang kita suka trus dilarang-larang pasti deh sewot. Awalnya respon saya selalu bilang, nak jangan baring dilantai nanti masuk angin, terus tanggapannya dia mem-batu alias nggak goyang, tetap aja tiduran disitu. Malam ini kalimatnya saya ganti "Nak tidurannya di karpet yuk pakai bantal" responnya dilangsung merangkak ke karpet dan tiduran di sana. 😍😍
***
Alhamdulillah tantangan hari ke lima ini bisa terlewati, dan membuat saya mulai terlatih untuk bicara 'baik' sama anak walaupun masih sering nggak sabaran. Kadang saya ragu, takut salah ucap saat memberikan kasih sayang, perintah, pengarahan, atau larangan. Tapi saya selalu bilang ke diri saya, sebisa mungkin apa yang saya sampaikan, yang saya lakukan, itu menunjukan pesan bahwa 'because i love you'. Yang jadi PR adalah gimana caranya biar pesan itu sampai karena saya yakin apapun yang dilakukan orang tua pasti karena cinta hanya saja kadang cara yang ditujukan tidak terbaca sebagai cinta oleh anak.
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
0 comments