Aliran Rasa #GameLevel1: Komunikasi Produktif
9:31:00 PMSampai pada bagian menuliskan aliaran rasa membuat saya membuka lagi catatan yang lalu tentang pelajaran apa saja yang sudah saya dapat saat belajar menggunakan kata-kata produktif dalam keseharian saya bersama anak. Masyaallah, jadi ibu berjuta rasanya, campur-campur bahagiannya, campur labil. Haha. Sejujurnya, saya harus bilang bahwa komunikasi produktif pada awalnya saya pikir adalah komunikasi yang gimana-gimana gitu, hehe, harus punya hasil yang kelihatan. Misalnya komunikasi produktif ke anak, si anak jadi manut.
Ternyata yang saya dapati bukan itu. Tapi diri saya yang seperti berefleksi, jadi banyak-banyak instropeksi diri tentang hubungan ibu dan anak yang sudah saya jalani hampir dua tahun ini. Ada bagian-bagian yang bikin saya terharu sekaligus bersyukur karena saya diberi kesempatan untuk tahu kesalahan-kesalahan yang sudah saya lakukan, dikasih kesempatan untuk memberbaiki diri, dikasih kesempatan untuk belajar menikmati setiap hari yang saya lewati dengan anak saya.
Banyak hal-hal kecil yang mengubah perasaan saya jadi makin sayang setelah belajar komuniksi produktif, walaupun masih suka hilaf. Yang saya rasakan beda sekali adalah saya seperti punya autopilot untuk seaalu kontak mata dengan mata anak saat berbicara dengannya, hasilnya, daleeem. Ada semacam rasa yang nggak saya tahu namanya. Saya seperti merekam setiap detil yang ada pada anak saya, matanya, rambutnya, jari jemarinya, caranya minum, caranya tidur, caranya memanggil saya, sampai bau acem kepalanya saat keringatan, saya akan mencium kepalannya lama, dan nggak tahu kenapa wangi keringatnya sampai masuk ke hati saya. hahaha. agak lebay tapi ini serius. Dan banyak lagi hal-hal yang sebelumnya saya biarkan berlalu tanpa saya maknai.
Banyak hal-hal kecil yang mengubah perasaan saya jadi makin sayang setelah belajar komuniksi produktif, walaupun masih suka hilaf. Yang saya rasakan beda sekali adalah saya seperti punya autopilot untuk seaalu kontak mata dengan mata anak saat berbicara dengannya, hasilnya, daleeem. Ada semacam rasa yang nggak saya tahu namanya. Saya seperti merekam setiap detil yang ada pada anak saya, matanya, rambutnya, jari jemarinya, caranya minum, caranya tidur, caranya memanggil saya, sampai bau acem kepalanya saat keringatan, saya akan mencium kepalannya lama, dan nggak tahu kenapa wangi keringatnya sampai masuk ke hati saya. hahaha. agak lebay tapi ini serius. Dan banyak lagi hal-hal yang sebelumnya saya biarkan berlalu tanpa saya maknai.
Belajar komunikasi produtif seperti membawa saya pada panggilan hidup saya untuk jadi ibu rumah tangga dengan kenangan manis yang banyak bersama anak-anak yang Allah kasih. Mengingatkan lagi tentang pilihan saya untuk meninggalkan pekerjaan karena ingin menjadikan anak saya prioritas. Saya yakin suatu hari nanti saya akan menyesal jika tidak memaknai hari-hari sekarang ini.
Saya menuntut diri saya untuk banyak belajar, terutama urusan ngomong ke anak. Ada banyak cerita yang sampai ke telinga saya kisah anak-anak yang melihat ibunya seperti 'monster' karena omongannya selalu bikin hati dan telinga panas, saya tahu maksud si ibu baik, tapi maksud baik yang tidak disampaikan dengan baik pasti nggak akan sampai ke hati. Ini PR besar buat saya. Semoga saya dan teman-teman dimudahkan untuk membuat banyak kenangan manis bersama anak lewat komunikasi produktif.
Saya menuntut diri saya untuk banyak belajar, terutama urusan ngomong ke anak. Ada banyak cerita yang sampai ke telinga saya kisah anak-anak yang melihat ibunya seperti 'monster' karena omongannya selalu bikin hati dan telinga panas, saya tahu maksud si ibu baik, tapi maksud baik yang tidak disampaikan dengan baik pasti nggak akan sampai ke hati. Ini PR besar buat saya. Semoga saya dan teman-teman dimudahkan untuk membuat banyak kenangan manis bersama anak lewat komunikasi produktif.
0 comments