Buku: Teach Like Finland
1:54:00 AM
Sudah dua bulan ini saya berusaha kuat untuk lebih sering lagi membaca buku. Walaupun harus curi-curi waktu saat menemani Ruwaid bermain atau saat dia tidur, sebisa mungkin dalam sehari saya membaca buku. Awal memulai kebiasaan ini, rasanya lumayan heboh, karena setiap buku yang saya pegang pasti disambar sama anak saya, baca buku dengan tenang harus nunggu dia tidur dulu, trus biasanya pas dia tidur saya juga ikutan tidur. Jadi baca buku tinggalah wacana. Haha.
Bulan ini saya punya tiga buku baru, memiliki ketiga buku ini bikin saya bahagia banget. Perasaan seperti ini udah lama banget saya nggak rasakan, seingat saya, perasaan senang saat punya buku baru itu terakhir saya rasakan waktu masih kuliah, karena beli bukunya harus nabung dulu, pas udah bisa beli rasanya senang banget, bacanya juga semangat.
Salah satu buku yang saya baca bulan ini berjudul "Teach Like Finland - 33 Strategi Sederhana Untuk Kelas Yang Menyenangkan". Pertama lihat sampul buku ini saya langsung jatuh hati, bertambah-tambah karena adanya pengetahuan saya sebelumnya tentang pendidikan di Finlandia yang mendapat gelar paling top dengan pendekatan yang lebih lunak seperti hari sekolah yang pendek, beban pekerjaan rumah yang ringan, dan sedikitnya tes dengan standar tertentu yang mematahkan paandangan tradisional tentang bagaimana mendapat hasil belajar yang sederhana.
Tymothy D. Walker penulis buku ini adalah seorang guru yang berasal dari Amerika serika, ia memutuskan untuk pindah ke negara kelahiran sang istri, Helsinki, Finlandia, setelah melewati 'hari-hari yang 'berat' sebagai seorang guru. Sebelum pindah ke Helsinki berulang kali ia mendengar istrinya bercerita tentang pendidikan disana, yang bergerak lebih 'lambat' namun menyenangkan dan dan kabar baiknya cara-cara yang diterapkan oleh guru-guru di Finlandia terbukti berhasil.
Di halaman-halaman awal buku ini Tymothy menceritakan pengalamannya tentang guru-guru di Finlandia yang menganut prinsip lebih menghargai kebahagian diatas pencapaian. Kebahagian bukanlah hasil dari kesuksesan, namun kunci kesuksesan.
Membaca buku ini mengingatkan saya pada banyak hal tentang hari-hari yang saya lewati dengan terburu-buru, saya seperti Zombie yang selalu bernafsu ingin melahap banyak hal, ingin menyelesaikan banyak hal tanpa memberikan jeda pada diri saya. Buku ini sungguh membuat saya jatuh hati dengan pendekatan-pendekatannya, memberi saya kesempatan untuk sadar lebih awal dan tidak mengulangi ritme 'hidup dan belajar' yang saya terapkan dulu kepada anak saya.
Ada banyak hal-hal positif dalam buku ini yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada proses belajar mengajar di kelas, sebagai seorang ibu saya sangat terbantu dengan banyaknya hal baik dalam buku ini, dan saya bersemangat untuk menerapkannya di kelas kecil saya dan anak-anak saya nanti.
Berikut insight positif yang saya dapatkan.
#1 Jeda - Waktu untuk mengistirahatkan otak
Saat membaca bagian ini saya langsung teringat dengan buku The 7 Habits Of Highly Effective Peopele yang menceritakan seorang tukang kayu yang bekerja setengah mati memotong kayu, hampir tidak ada istirahatnya, lalu ia disarankan untuk mengasah gergaji, namun ia menolak karena ia berpikir bahwa mengambil waktu untuk mengasah gergaji hanya akan memperlambat ia menyelesaikan pekerjaan.
Saya sering sekali seperti si tukang kayu. Hehe. Sering banget maksa nyelesain kerjaan dan akhirnya tidak menikmati apa yang saya lakukan.
Para guru di Finladia memberikan waktu istirahat 15 menit kepada siswa-siswanya setiap mata pelajaran usai. Waktu istirahat ini digunakan oleh para siswa, selama jam istirahat anak-anak keluar untuk bermain, bersosialisai dengan dengan teman-temannya, tertawa, dan bercakap-cakap santai dengan lainnya. Istirahat 15 menit membuat anak-anak lebih fokus dan jarang mengeluh.
#2 Recharge Sepulang sekolah
Tymothy D. Walker sebelum pindah ke Finladia mengalami tekanan kerja yang begitu berat dalam profesinya sebagai seorang guru. Tidak tenang karena selalu terbayang-bayangi oleh banyaknya pekerjaan, bahkan waktu luang yang harusnya diisi dengan bermain bersama anak harus tersita oleh banyaknya pekerjaan. Hasilnya ia tidak mencintai pekerjaannya. Setelah pindah ke Finlandia dengan ritme hidup yang lebih lambat ia mendapati orang-orang disana lebih bisa menikmati hari, hal penting yang ia temukan adalah bahwa batasan ketika bekerja dan beristirahat dapat terindentifikasi.
Bagian ini.. Ya Allah, saya sering banget ketukar-tukar, hari saya rasanya selalu terburu-buru, poinnya saya kurang menikmati hari, fatalnya, mungkin jika saya tidak cepat sadar maka suatu saat nanti saya akan menyesal karena tidak melewati hari dengan bahagia bersama orang-orang yang saya sayangi karena saya terlalu sibuk.
Point dua ini adalah wawasan yang sangat penting untuk dipahami, ya, menentukan batasan wajar untuk diri sendiri untuk memastikan untuk mengisi tenaga setiap hari walaupun ada momen kita menghabiskan seluruh tenaga.
Recharge sepulang sekolah yang diterapkan oleh Tymothy dan para guru di Finland diaplikasikan juga pada murid-murid dengan tidak membebani mereka dengan tugas rumah yang banyak.
#3 Menyederhanakan Ruang
Masih ingat buku Marie kondo the-life-changing-magic-of-tidiying-up tentang seni beres-beres. Bagian ini mengingatkan saya pada Buku Marie Kondo.
Tymothy dalam buku ini menceritakan tentang pengalamannya selama tinggal di Findlandia, ia telah mempelajari bahwa sebuah rumah yang nyaman, dari sudut pandang orang Findlandia, sangat tergantung pada bagaimana membuat ruang tinggal seseorang sesedarhana mungkin. Hal ini diterapkan pada desain kelas di Finlandia.
"Dengan memajang lebih sedikit barang, tidak diragukan lagi, memberikan penegasan yang lebih besar pada beberapa barang yang ditampilkan di dinding. Itu adalah hal yang sangat baik"
#4 Mengajarkan kemandirian
Tymothy menuliskan bahwa secara umum anak-anak di Finladia lebih mandiri daripada teman-teman mereka di Amerika. Hal ini karena banyaknya kesempatan, di rumah atau di sekolah untuk melakukan banyak hal sendiri tanpa bantuan orang lain, dan melalui kesempatan tersebut mereka lebih mampu mengarahkan dirinya sebagai pelajar. Kemandirian bisa dimulai dengan kebebasan untuk memilih apa yang mereka sukai. Ya, Tawarkan pilihan, biarkan mereka memilih.
Ntah dimana saya baca, pada artikel itu dituliskan kalau sebagian orang tua ingin anak-anaknya mandiri tapi mereka tidak memberikan kesempatan. Cara guru-guru di Finlandia mengajarkan kemandirian adalah dengan memberi murid-muridnya kesempatan.
#5 Jangan Lupa Bahagia
Di tahun 2016 sekolah Komprehensif Finlandia menerapkan kurikulum inti Finlandia terbaru, dimana kebahagian diberi tempat utama sebagai suatu konsep pembelajaran. Strategi paling penting dalam buku ini sebenarnya adalah sesuatu yang paling sederhana: Jangan lupa bahagia.
****
Sebenarnya ada banyak sekali hal-hal positif yang saya dapatkan pada buku ini, jika menulisnya semua bisa gempor saya, hehe. Buku ini termaksud buku favorit saya untuk tahun ini. Bukunya bagus dan saya ingin banyak yang membacanya.
Thank You sudah membaca tulisan ini, semoga bermanfaat ya..
:)
6 comments
Pasti pencerahan sekali ya membaca buku ini. Terimakasih sudah berbagi :)
ReplyDeletesama-sama kak, makasih ya sudah mampir ke blog saya :)
Deletebagus bukunya mba aku juga sering baca artikel Finlandia sistem pendidikannya oke klo ada yg buat buku ttg pengalamannya begini suka seneng. btw brpaan mb harganya?jauh jg y temennya di Makasar 😁
ReplyDeletehai mba Herva.. bukunya harga 80 an, bagus banget bukunya.
Deletekemarin ada teman juga yang beli buku ini, sepertinya menarik ya. makasih sudah sharing, mbak :)
ReplyDeletemenarik banget mba, coba sempatin dibaca deh.. byk hal2 postif yang bs kita dapat...
Delete