Random Ramadhan
10:16:00 AM
Catatan saya hingga
hari ini adalah hasil dari pemikiran-pemikiran sederhana yang kebanyakan muncul
tanpa terencana. Sampai hari ini, detik ini, saya menyadari bahwa keberadaan
saya di ruangan tempat saya membuat catatan ini pun tak pernah terencana
sebelumnya. Keadaan-keadaan ini membuat saya berpikir kalau-kalau kehidupan saya
yang ada sekarang ini bukanlah hasil dari rencana saya, target yang saya tulis
di tengah malam buta setiap tanggal 21 juni nyatanya kebanyakan hanya menjadi
tulisan berulang, rasanya percuma saja membuat banyak rencana jika tak
diupayakan baik-baik. tanpa rencana dan upaya yang yang baik, pergatian umur
hanya momen ganti angka dan tambah tua. Sejauh ini, saya masih menikmati
kejutan-kejutan yang banyak ditawarkan kehidupan, tak terencana, tapi kehidupan menyediakan setiap yang saya butuhkan dengan sangat rapi. Hiduplah dengan baik Rahma.
*****
Salah satu dari banyak
pelajaran yang saya dapatkan dari puasa adalah momen menahan. Menahan kemudian
menjadi peristiwa pertarungan, dan setelahnya tahulah saya bahwa lawan terberat itu tak lain yah saya, diri sendiri. Saya merasakan
kalau hati benar-benar mengambil posisi raja dalam diri saya, jika kondisi hati
sedang baik-baik, maka yang lain juga membaik, amalan pun digiatkan dengan
segenap upaya, maka benarlah sabda Nabi tentang segumpal daging yang mengambil
andil besar dalam diri kita. Ramadhan nanti, ada banyak rencana perubahan, Move
on, hijrah atau apalah istilahnya, intinya berubah ke arah yang lebih baik.
*****
Menjelang Ramadhan ini,
kantor pos sedang ramai-ramainya, tapi bukan untuk mengirim atau menerima
paket. Antrian BLSM menjelma neraka-neraka dunia dalam kelas yang agak kecil.
Betapa pemerintah layak disebut tidak berperasaan. Pejabat dengan fasilitas
serba wah kenapa tak pernah rela
dikurangi jatahnya untuk kesejahteraan rakyat yang mereka wakilkan suaranya.
Saya tidak sedang membenci pemerintah, saya juga masih yakin bahwa Tuhan
mengatur rezki-rezki kita, namun, tidak kah mereka yang dititipi amanah itu
merasa ketakutan akan amanah yang mereka emban, jika tak takut, paling tidak kasihanlah.
*****
Beberapa pekan yang
lalu, saya pulang kampung. Pulang kampung yang serba dadakan, dadakan yang
akhirnya mengundang banyak lupa. Saya lupa kalau uang di dompet bahkan tak
cukup untuk membayar uang Damri. Buru-buru memang kurang baik. Bapak saya yang sakit menjadi alasan
kepulangan saya kali ini. Pulang kampung yang kemarin itu adalah momen paling
menggetarkan dalam sejarah hidup saya sebagai seorang anak, banyak
obrolan-obrolan yang membuat saya ingin menceburkan diri ke laut agar air mata
yang jatuh tak diketahui siapa-siapa. Beberapa hari sebelum kembali ke ibu
kota, pembicaraan saya dan bapak ada di sekitaran kematian, Jadilah saya
menggalau, bapak bertanya ke saya, “ Kalau sudah meninggal nanti, apakah kita
masih bisa bertemu lagi?” Saya menjawab dengan hati gerimis “ ingat saya ya
pak, saya akan terus mengingat bapak ”
Alangkah singkatnya suatu hubungan jika hanya
di kehidupan dunia saja. Akhir ramadhan nanti, insyaallah saya akan pulang lagi
menjenguk bapak.
*****
Ramadhan
tinggal menghitung hari, saya tidak tahu pasti apa yang telah saya siapkan, tapi
saya benar-benar mengharapkan kehadirannya.
Pict from carmssr
Pict from carmssr
18 Sya’ban
1434 H
1 comments
Semoga Allah memberikan kemudahan disetiap langkahmu wahai saudariku, dan membalas dg ridoNya disetiap gerak kebaikanmu.
ReplyDelete