Mengejar Hidup Nikmat di Kontrakan
2:05:00 PM
Tadi siang nggak sengaja pas ngobrol sama teman, tiba-tiba obrolan kami nyangkut ke cerita kost-kostan/ kontrakan. Saya ingat dulu pas lagi hidup nomaden pindah-pindah kost/kontrakan pernah kepikiran mau nulis apa-apa saja yang harus dipertimbangkan dalam memilih tempat hunian minimalis (baca: kontrakan). Pasti ya, setiap orang punya pertimbangan beda-beda. Ini versi saya, ngontrak bareng anak umur satu tahun.
Kalau dihitung-hitung sejak kuliah sampai sekarang ini terhitung sembilan kali saya pindah-pindah kontrakan. Dengan berbagai alasan, dengan berbagai penemuan dan pertemuan dengan orang-orang ajaib, semuanya berkesan, sampai saya punya formula sendiri dalam memilih kostan ideal dengan budget yang tentunya terbatas.
Nah apa saja pertimbangan dalam memilih kontrakan terkhusus keluarga baru dengan anak kecilnya, dengan budget terbatas, dengan keinginan yang banyak tapi apa daya ku sanggupnya hanya segini.
1. Lingkungan
Sebelum masuk ke pilihan mau ngontrak di mana, saya lihat lingkungan dulu, pertama kali ngekost di asrama jaman kuliah, masyaallah, saya banyak ketemu kakak sholehah, yang jadi sedikit masalah waktu itu adalah saya tinggal di kamar lantai tiga, pas air macet saya harus ngangkat air di sumur yang jaraknya 4 blok dari asrama saya. Masalah angkat air ini nggak lantas membuat saya angkat kaki, karena lingkungannya bikin saya adem, banyak kakak shalihah disekitar saya.
Pernah juga saya salah pilih kostan, surveinya siang-siang, siang berasa tenang, ternyata pas malam para mahasiswa melepaskan hasrat terpendamnya untuk jadi penyanyi, jadilah ramai nyanyian tiap malamnya dan ini bikin pusing meeen. PENTING banget saat survei jalan-jalannya jangan pas siang aja, harus siang malam, karena kondisi siang sama malam jelas beda.
Pernah juga kostan saya tetanggaan sama ma'had, di mana ma'had itu dihuni oleh ikhwa-ikhwa bercelanan cingkrang, kepala nunduk-nunduk, rajin bolak-bolak sholat ke masjid. Dahulu kala lingkungan ini jadi ujian untuk hamba-hamba yang lemah imannya, haha, hatinya harus digembok kuat. Jagalah hati, jangan kau nodai. hihi
Lingkungan jelas harus aman dan bersahabat.
Lingkungan jelas harus aman dan bersahabat.
2. Tetangga
Saya pernah dengar cerita kalau orang-orang shaleh terdahulu sebelum memilih tempat hunian, yang menjadi pertimbangan pertama mereka adalah tetangga.
Pertimbangan ini berasa jadi penting banget pas udah punya anak, sungguh tetangga kita bisa mewarnai anak-anak kita, mewarnai ibu-ibu rumahan seperti saya ini. Yakinlah jika tetangga rajin bergunjing, walaupun nggak ikutan, minimal dengar mereka bergunjing.
3. Jarak dari tempat kerja
dan warung.
Ini untuk memudahkan tulang punggung keluarga mencari bersuap-suap nasi dan lauknya serta uang popok si anak bayi.
4. Masjid
Biar lebih mudah beribadah, anak juga bisa di ajak-ajak sholat, alhamdulillah kalau ada pengajian di masjid.
5. Jalur angkutan umum
Dulu pernah ngekost di tempat kalau mau ngambil angkot harus jalan sampai keringat ijo dulu, bedak luntur duluan di jalan. hehe
6. Tempat Hunian
Maunya pasti yang nyuaman tapi apa daya ya, nggak sanggup bayar kontrakan yang mewah-mewah itu. Lantas gimana dong, ya nggak apa-apa.
Dari hasil pindah-pindah dengan segala problematikannya dalam memilih kontrakan ada banyak yang harus dilihat-lihat dulu. Nggak harus mewah, yang penting bersih dan rapi.
7. Luas hunian
Dengan membawa anak, luas hunian, sirkulasi udara, dan kebersihan adalah hal yang sangat penting.
8. Air
Ini menyangkut hajat hidup yang utama, disini airnya ngalir dua hari sekali. Cara mentaktisinya adalah menyiapkan penampungan. Untuk urusan ini harus rajin nanya-nanya ke ibu kost, ke tetangga-tetangga.
9. Listrik
Sekarang hampir sebagian kontrakan menggunakan pulsa elektrik, untuk urusan listrik, kita harus lihat kebutuhan kita.
Pernah salah milih kostan lagi, pilih kostan dengan listrik pas-pasan, giliran pasang AC, satu jam pertama aja yang bisa selanjutnya jatoh-jatoh terus, alhasil AC nya nggak kepake. Teman saya ada yang pake oven, hobi bikin kue-kuean. Tiap nyalain oven listriknya jatoh mak.
10. Tempat Jemuran
Kalau punya anak kecil, jemuran tiap hari berasa jemuran londri, makanya pas milih kostan saya sebisa mungkin nyari yang tempat jemurannya segede lapangan. Hal ini jangan ketinggalan, serius cucian basah yang numpuk bisa bikin strok ringan.
11. Si pemilik kontrakan
Mudah-mudahan pemilik kontrakannya ramah, baik hati, dan cepat tanggap.
Agak susah dapat kontrakan yang bisa bikin hidup nikmat dengan berbagai pertimbang yang saya tulis, tapi ngga ada yang nggak mungkin, banyak-banyak berdoa dan tentunya makan yang banyak biar bisa kuat bertulang keluar masuk lorong-lorong mencari kontrakan idaman. Intinya nggak harus mewah yang penting bersih dan rapi serta bahagia, hehe.
Duh ngomongin kontrakan mengingatkan saya jaman ngekos pas kuliah, pas keuangan kritis di akhir bulan, bisa hidup bermodal sambel botolan+nasi selama berhari-hari. Hidup anak kost!
Duh ngomongin kontrakan mengingatkan saya jaman ngekos pas kuliah, pas keuangan kritis di akhir bulan, bisa hidup bermodal sambel botolan+nasi selama berhari-hari. Hidup anak kost!
0 comments