Belajar Jualan, Belajar Tawakal
9:16:00 AM
Sejak pindah ke Ambon salah satu rutinitas rutin yang saya lakukan setiap pekan adalah ke pasar tradisional belanja bahan makanan keluarga untuk satu pekan ke depan. Awalnya, saya sempat ogah-ogahan ke pasar, selain padat manusia, kehidupan di pasar sungguh berat apalagi di bagian pasar ikan. Hampir setahun saya mengulang-ngulang rutinitas ini, jika awalnya ogah-ogahan, sekarang saya menjalaninya dengan penuh suka cita. Saya mendapati banyak sekali pelajaran tawakal di sana.
Dari penjual cabe, sayur, ikan, yang berderet-deret dengan jualan yang sama itu saya membulatkan tekad untuk mulai berjualan, nggak pakai pusing lagi mau jualan apa. Saya cukup menentukan minimal satu jenis barang yang ingin saya jual, kemudian ditekuni dengan sungguh-sungguh, hasilnya biar Allah yang atur.
Akhirnya dengan inspirasi pemilik perusahaan tempat kerja saya dulu yang selalu membagikan mukena ke karyawannya setiap lebaran, saya putuskan untuk jualan mukena dan buku-buku Billionaire Store. , saya jadi reseller. Tujuan saya selain ingin menambah penghasilan, saya juga bercita-cita bisa bagi-bagi mukena ke muslimah lain setiap lebaran.
Sebelum memutuskan ini saya sempat ragu, di muka bumi ini yang jualan mukena udah banyak banget. Tapi dari penjual berderet-deret yang saya temui di pasar saya belajar tentang tawakal, jualan boleh sama, berderet-deret pula, tapi ada aja yang laku, pembeli ada aja yang mampir, karena apa? karena yang menggerakan pembeli bukan cuma sebagus apa jualan atau sehebat apa ilmu marketingnya tapi Allah. Hal ini saya perhatikan betul setiap kali ke pasar, salah contohnya saat saya ingin beli labu, disepanjang jalan banyak labu, saya muter-muter nyari, kesana kemari, tapi kok nyangkutnya malah di tukang sayur yang biasa lewat depan rumah. Masyaallah ini tentang pengaturan Allah.
Ini saya rasa betul saat mulai berjualan di instagram dan facebook, ada-ada aja yang nyangkut. Datang dari berbagai tempat yang kadang belum pernah saya dengar namanya. Di bulan pertama saya mulai jualan saya mendapatkan keuntungan bersih satu jutaan. Lumayaan. Mendekati lebaran lalu penghasilan saya lebih enam jutaan, bulan-bulan berikutnya nggak selalu ramai, tapi ada saja, pernah juga nggak ada sama sekali. Dari sini saya belajar lagi perihal rezki yang Allah bagikan.
Mungkin masih ada yang bingung harus mulai dari mana, ah penghasilannya dikit banget, duh saya nggak pintar jualan, malu nawar-nawarin, nggak ada waktu, dan banyak alasan lain.
Mengenai kebingungn harus mulai dari mana, zaman sekarang media memutus rantai kebingungan. Media sosial sangat membantu kita berjualan tanpa harus punya toko atau nyetok barang. Cukup cari suplier, posting, dan jual. Percaya nggak percaya ada loh reseller yang bisa berpenghasilan 100 juta perbulan.
Kunci utamanya tiga saja, jujur, tekun, dan sabar.
Trus penghasilannya cuman dikit, bikin semangat kendor. Hehe. Ini masalah saya juga, tapi makin kesini makin nyantai, nabung dikit-dikit lama-lama bisa umrah, insyaallah. Harus dipahami bahwa rezki yang Allah bagikan bukan cuma dari pintu itu, ada banyak bentuknya. Pada mereka yang penghasilannya udah banyak kita nggak tahu apa yang Allah ambil dari mereka, bisa jadi waktu mereka banyak tersita disitu, hidup dikejar-kejar target, dan hal-hal lain yang kita nggak tahu. Yang harus kita lakukan adalah yakin kalau rezki nggak akan kemana, yang datang berarti itu rezki kita, yang terluput berari bukan milik kita.
Bayangin deh bisa berpenghasilan 30 ribu sehari, sebulan 900 ribu. Atau sehari 10 ribu, sebulan 300 ribu. Kali-kalian seperti ini harus rajin-rajin kita hitung. Ada loh ibu-ibu penjual sayur keliling yang biase lewat di kontrakan saya, karena biasa ke pasar saya jadi tahu untung yang beliau ambil paling cuma 1000, 2000, tapi masyaallah dari jualan itu beliau bersedekah dengan membantu suaminya menafkahi keluarga. Masyaallah.
Malu? jaman now mah udah nggak laku. hehe
Bayangin deh bisa berpenghasilan 30 ribu sehari, sebulan 900 ribu. Atau sehari 10 ribu, sebulan 300 ribu. Kali-kalian seperti ini harus rajin-rajin kita hitung. Ada loh ibu-ibu penjual sayur keliling yang biase lewat di kontrakan saya, karena biasa ke pasar saya jadi tahu untung yang beliau ambil paling cuma 1000, 2000, tapi masyaallah dari jualan itu beliau bersedekah dengan membantu suaminya menafkahi keluarga. Masyaallah.
Malu? jaman now mah udah nggak laku. hehe
Jadi sebenarnya jualan bukan cuma sekedar kita menjual, ada yang beli lalu untung. Nggak cuma itu. Di sana ada pelajaran tawakal, dalam untung rugi, dalam transaksi yang jujur, semuanya. Harusnya nggak ada lagi cerita dompet sepi karena nggak tahu mau bikin apa. Sungguh dompet sepi itu bisa diakali dengan jualan. Yang penting nggak sepi, isi recehan dulu juga nggak apa-apa. Hehe
Semangat jualan yuk, jual apa saja yang bermanfaat. Kita nggak pernah tahu kan amalan yang mana yang bisa menolong kita di akhirat nanti, mudah-mudahan jualan-jualan kita berbuah amal.
"Seandainya kalian bersungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi rezki sebagaimana Allah memberi rezki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang" (HR. Imam Bukhari)
Happy Weekend :)
5 comments
semangat, Mak.
ReplyDeleteTerus mencoba.
Dulu aku juga gitu pas baru resign. Coba jual ini, jual itu. Sempet jadi manager tempat makan plastik yg fenomenal juga. Tapi akhirnya nyaman jadi mom blogger deh.
Semangat mba semoga makin berkah dan laris olshopnya :D
ReplyDeletebener mba, saya juga punya online shop, kadang laris kadang sepi. sekarang sedang proses rebranding. bismillah semoga bisa lebih baik ^^
ReplyDeletebetul ya mbak, aku juag lagi usaha jualan buket bunga kertas, walau sdh ada yg jualan tp itu td tawakal dam usaha
ReplyDeletejasa seo semarang terbaik
ReplyDeletejasa seo semarang terbaik