Terkasih
9:56:00 AM
Hari ini tepat 28 minggu kehamilan yang saya jalani. Bisa dibilang 28 minggu ini saya menapaki perjalanan dengan alur mundur, setiap langkah yang saya tapaki selalu mengajakku melihat ke belakang, pada hari-hari yang sudah terlewati 20 sekian tahun yang lalu. Saat wa ina (‘ibu saya’ dalam bahasa wakatobi) melewati hari-hari yang sama saat mengandung saya.
Cinta yang saya rasakan pada janin yang ada dalam kandungan saya bahkan sudah tumbuh subur sejak dua garis samar itu terlihat, cinta ini sungguh tidak bisa saya takar kedalamannya, yang saya tahu saya, saya bisa memberikan hidup saya untuknya. Lalu bagaimana dengan wa ina. Semakin dalam saya memikirkan ini, perasaan saya semakin tidak karuan, jika pada masa kehamilan saja sudah begini rasa sayangya, lalu bagimana dalamnya perasaan wa ina yang sudah memupuk rasa itu sejak 20 sekian tahun yang lalu, atas semua yang sudah ia berikan.
Semalam saya memandangi wajah wa ina yang mulai termakan usia. Air mata
saya sempat meniti, harusnya di usia yang sekarang ini wa ina bisa
banyak berbahagia dan jauh dari keletihan, namun nyatanya beliau dengan
setia disini menemani saya menjalani hari-hari kehamilan, beliau memasak
untuk saya, tak jarang juga mencucikan pakaian saya. Wa ina masih saja
sama seperti dulu saat kami menyantap makanan yang yang sama-sama kami
sukai, beliau akan memberikan bagiannya untukku. Kata wa ina “makan yang
banyak biar gemuk”. T_T
Beberapa hari sebelumnya wa ina mengatakan bahwa kepala beliau sakit saat melihat foto bapak. Pelupuk saya tiba-tiba menghangat, perasaan kehilangan yang beliau rasakan sepeninggal bapak belum lah sembuh betul. Tidak mudah, iya pasti tidak mudah. Setelah menikah saya tahu betul bahwa seorang suami memiliki kedudukan tersendiri di hati istrinya, yang tidak ditempati oleh kedua orang tuanya.
Beberapa hari sebelumnya wa ina mengatakan bahwa kepala beliau sakit saat melihat foto bapak. Pelupuk saya tiba-tiba menghangat, perasaan kehilangan yang beliau rasakan sepeninggal bapak belum lah sembuh betul. Tidak mudah, iya pasti tidak mudah. Setelah menikah saya tahu betul bahwa seorang suami memiliki kedudukan tersendiri di hati istrinya, yang tidak ditempati oleh kedua orang tuanya.
Gambar dari sini
0 comments