Menulis ❤Jalan kenangan
2:54:00 PM
Entah apa judulnya, tiga hari yang lalu, saya mendapat kirimin video di salah satu grup whats app yang saya ikuti dan rasanya benar-benar menggunggah hati saya, mampu membuat saya bersimbah air mata. Video tersebut berisi catatan seorang ibu tentang anak laki-lakinya sejak pertama kali menghirup udara bumi, lengkap dengan apa-apa yang di sukai dan tidak di sukai si anak, lengkap dengan kebingungan-kebingungan seorang ibu saat sang anak malas makan.
Waktu berlalu dengan cepat sampailah pada adegan makan bersama. Kali ini si anak sudah dewasa, ia sudah menggandeng seorang perempuan. Tepat di hari itu sang ibu memberikan buku kenangan yang ia buat kepada calon istri dari putra kesayangannya.
Nah adegan ini ni.. Yang membuatttt saya ngelap mata, saat si anak membaca buku harian ibunya. Waktu pun berjalan mundur, teringat lagi kenangan-kenangan yang lalu antara ia dan ibunya, yang sudah ia lupakan. Dan kesemuannya tidak menyisahkan celah sedikitpun yang tidak di tempati oleh kasih sayang.
T_T
Betapa tulisan memiliki kekuatan yang kadang tidak diwakilkan oleh laku dan ucap.
Kisah di atas adalah salah satu inspirasi saya untuk menulis. Menulis apa saja yang sudah saya lewati (walau yang membacanya hanya suami saya seorang, haha).
Menulis menjadi salah satu pengikat kenangan yang tak menemukan waktu usang. Semakin jauh jarak, semakin menghujam ke hati. Umpama harta karun. Saya pernah merasakan ini saat menemukan tulisan tangan bapak saya yang beliau simpan di bawah kasur, padahal tulisan itu hanya nota-nota barang yang beliau pesan. Tapi sungguh mampu membuat air mata saya menetes, teringat lagi apa-apa yang sudah saya lewati bersama bapak. Kejadian ini setahun yang lalu, tepat setahun lebih juga bapak saya meninggal dunia.
********
Hari ini adalah hari pertama tantangan menulis random selama 30 hari di bulan juni. Jangan tanya bagaimana bersemangatnya saya mengikuti tantangan ini, tapi bersama semangat itu lahir juga kebingungan harus mulai dari mana.
Mengapa semangat?
Orang seperti saya yang suka memperturutkan rasa malas harus di ikat dengan aturan. Kalau tidak, semua akan santai-santai kayak di pantai. Dengan mengikuti tantangan ini saya seperti terikat, mau tidak mau, sempat tidak sempat, minimal harus ada satu tulisan setiap harinya. Ngomong-ngonmong tentang sempat tidak sempat, saya harus mengakui banyak hal dalam kehidupan saya yang menggunakan tameng ‘tidak sempat’ untuk memaklumi buruknya kemampuan saya dalam mengatur waktu.
Waktu berlalu dengan cepat sampailah pada adegan makan bersama. Kali ini si anak sudah dewasa, ia sudah menggandeng seorang perempuan. Tepat di hari itu sang ibu memberikan buku kenangan yang ia buat kepada calon istri dari putra kesayangannya.
Nah adegan ini ni.. Yang membuatttt saya ngelap mata, saat si anak membaca buku harian ibunya. Waktu pun berjalan mundur, teringat lagi kenangan-kenangan yang lalu antara ia dan ibunya, yang sudah ia lupakan. Dan kesemuannya tidak menyisahkan celah sedikitpun yang tidak di tempati oleh kasih sayang.
T_T
Betapa tulisan memiliki kekuatan yang kadang tidak diwakilkan oleh laku dan ucap.
Kisah di atas adalah salah satu inspirasi saya untuk menulis. Menulis apa saja yang sudah saya lewati (walau yang membacanya hanya suami saya seorang, haha).
Menulis menjadi salah satu pengikat kenangan yang tak menemukan waktu usang. Semakin jauh jarak, semakin menghujam ke hati. Umpama harta karun. Saya pernah merasakan ini saat menemukan tulisan tangan bapak saya yang beliau simpan di bawah kasur, padahal tulisan itu hanya nota-nota barang yang beliau pesan. Tapi sungguh mampu membuat air mata saya menetes, teringat lagi apa-apa yang sudah saya lewati bersama bapak. Kejadian ini setahun yang lalu, tepat setahun lebih juga bapak saya meninggal dunia.
********
Hari ini adalah hari pertama tantangan menulis random selama 30 hari di bulan juni. Jangan tanya bagaimana bersemangatnya saya mengikuti tantangan ini, tapi bersama semangat itu lahir juga kebingungan harus mulai dari mana.
Mengapa semangat?
Orang seperti saya yang suka memperturutkan rasa malas harus di ikat dengan aturan. Kalau tidak, semua akan santai-santai kayak di pantai. Dengan mengikuti tantangan ini saya seperti terikat, mau tidak mau, sempat tidak sempat, minimal harus ada satu tulisan setiap harinya. Ngomong-ngonmong tentang sempat tidak sempat, saya harus mengakui banyak hal dalam kehidupan saya yang menggunakan tameng ‘tidak sempat’ untuk memaklumi buruknya kemampuan saya dalam mengatur waktu.
Mengapa bingung?
Biasa, tipikal penulis amatiran. Hehe. Entah karena ngarep banget mau nulis yang bermutu atau sadar diri akhirnya tulisan yang sudah berbaris-baris hanya dalam dua langkah kecil saja bisa musnah seketika (kontrol A lalu Delete). Nulis lagi, hapus lagi (101x)
Lalu harus mulai dari mana ini qaqa?
Udah mulai dari tadi... Hehe.. Scrool ke atas ternyata sudah ada 6 paragraf. Ayo menulis!
#NulisRandom2015
Gambar dari sini
1 Juni 2015
0 comments