Seorang ibu dengan anak laki-lakinya
2:49:00 PM
Memiliki anak laki-laki memang berbeda dengan anak perempuan. Saya melihat langsung keadaan ini pada ke tiga kakak lelaki saya, perbedaan itu semakin jelas terlihat saat anak laki-laki menjalani kehidupan berumah tangga. Tanggung jawab barunya sebagai kepala keluarga tidak jarang membuat ia lupa pada ibunya. Sedang anak perempuan ikatan batin yang ia rasakan bersama ibunya semakin kuat setelah ia menjadi seorang ibu.
Bagaimana rasa seorang ibu pada anak laki-lakinya saat diperhadapkan dengan kondisi demikian? Tidak terbayangkan. hehe. Saat ini usia kandungan saya sudah masuk pekan ke tiga puluh, dari hasil usg dokter mengatakan bahwa si kecil berjenis kelamin laki-laki. Pertama kali mengetahui jenis kelami si kecil yang teringat adalah hubungan saya dengan mertua saya, hubungan suami saya dengan ibunya. Cepat atau lambat jika ada umur panjang kelak saya akan ada diposisi mertua perempuan saya, dan juga posisi seorang ibu yang siap tidak siap harus merelakan anak laki-lakinya mengayuh bahtera baru bersama anak istrinya. Disitu keikhlasan saya sebagai seorang ibu akan teruji, saat anak laki-lakinya berbagi cinta dengan perempuan lain, bagaimana jika perempuan itu berbeda dengan yang saya harapkan, ibu galau. Hehe
Di atas semua keadaan ini harapan bahwa tidak semua anak laki-laki bisa dengan mudah ‘melupakan’ ibunya ditunjukan oleh hubungan suami saya dan ibunya. Suami saya banyak bercerita tentang ibunya, terakhir, katanya karena buru-buru ke kampus, ia memakai sepatu sambil di suapi ibu mertua saya, hehe, di umur segini masih disuapi.
Bagaimana rasa seorang ibu pada anak laki-lakinya saat diperhadapkan dengan kondisi demikian? Tidak terbayangkan. hehe. Saat ini usia kandungan saya sudah masuk pekan ke tiga puluh, dari hasil usg dokter mengatakan bahwa si kecil berjenis kelamin laki-laki. Pertama kali mengetahui jenis kelami si kecil yang teringat adalah hubungan saya dengan mertua saya, hubungan suami saya dengan ibunya. Cepat atau lambat jika ada umur panjang kelak saya akan ada diposisi mertua perempuan saya, dan juga posisi seorang ibu yang siap tidak siap harus merelakan anak laki-lakinya mengayuh bahtera baru bersama anak istrinya. Disitu keikhlasan saya sebagai seorang ibu akan teruji, saat anak laki-lakinya berbagi cinta dengan perempuan lain, bagaimana jika perempuan itu berbeda dengan yang saya harapkan, ibu galau. Hehe
Di atas semua keadaan ini harapan bahwa tidak semua anak laki-laki bisa dengan mudah ‘melupakan’ ibunya ditunjukan oleh hubungan suami saya dan ibunya. Suami saya banyak bercerita tentang ibunya, terakhir, katanya karena buru-buru ke kampus, ia memakai sepatu sambil di suapi ibu mertua saya, hehe, di umur segini masih disuapi.
Di awal pernikahan kami sampai sekarangpun suami saya banyak bercerita tentang ibunya yang membesarkan ia dan saudaranya seorang diri setelah ayah mereka meninggal, suami saya mengatakan bahwa ibunya adalah alarm juga obat untuknya, dan tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisinya. Suami saya tak jarang memuji kepiawaian ibunya dalam mengatur urusan keuangan rumah tangga, dengan keadaan ekonomi yang serba terbatas, ibu mertua saya tampil sebagai pengatur keuangan yang handal.
Kenangan masa kecil yang suami saya lewatkan bersama ibunya begitu berkesan, sampai susu yang di antarkan ke depan kelas pun masih ia ingat dengan manisnya. Hubungan baik ibu dan anak ini semakin jelas terlihat saat saya melihat suami saya bisa dengan santai memeluk dan mencubit pipi ibunya, dengan mudah berbalas ucapan ‘i love you’.
Mendengar cerita suami saya yang banyak tentan ibunya saya bisa menarik nafas lega, harapan agar anak saya bisa seperti ayahnya dalam menjaga hubungan dengan ibunya semakin melambung jauh.
Kasus cemburu menantu pada ibu mertua pun tidak perlu saya rasakan, saya ingin suami saya selamanya tetap mencintai ibunya, mengutamakan ibunya, semoga dengan baktinya, kami pun di anugrahi anak laki-laki yang sholeh yang memuliakan orang tuannya.
Sumber gambar dari sini
Day 10: #NulisRandom2015
10 Juni 2015
0 comments