Kelak kamu akan mengerti..
10:49:00 AMDi hari saya membuat tulisan ini saya didatangi
emosi yang mengepul sampai kepala. Ini gara-gara janji, saya hampir
mendapat hukuman tunai saat melewati tikungan setelah menumpahkan emosi jiwa
pada penjual donat keliling. Karena tidak ingin terlihat keki, saya tetap
memasang tampang tidak apa-apa padahal jantung saya hampir melompat saat motor
yang saya kendarai sedikit lagi masuk got di tikungan itu.
Cerita bermula saat janji yang telah saya
sepakati dengan penjual donat berantakan. Sehari sebelumnya kami telah
membuat kesepakatan, saya memesan donat sebanyak lima puluh biji untuk acara
dirosah, kesepakatan kami adalah saya akan mengambil donat itu ke rumah beliau.
Pagi pun datang, saya langsung meluncur ke rumah beliau, disinilah awal petaka
bermula. Istri dari si penjual donat mengabarkan kalau suaminya telah berangkat
menjajakan donat keliling, donat pesanan saya juga di bawaa. alamaak.
Saya sudah capek duluaan membayangkan harus mengelilingi perumahan untuk mencari donaaat.
Tidak ada pilihan lainn, dalam keadaan esmosi dan lapar saya mulai mengelilingi
perumahan. Setengah jam berlalu, setiap penjual keliling yang saya jumpai tak
terluput dari tanya "pak, bu lihat pernjual kue keliling gak.. orang nya pakai
kacamata" Petunjuk-petunjuk yang saya dapat pun menyesatkan, ada yang
menunjuk ke kanan, sebagian lagi menunjuk ke kiri. Hissssh... Setelah
berputar-putar, akhirnyaaa bapak bertampang lugu itu ketemu jugaa. Namun
masalah belum selesai, beliau menjawab pertanyaan saya dengan polosnyaaa
"kuenyaa enggak saya bawaa neng, kan janjinya mau di ambil di rumaaah, kuenya
ada di samping pintu"
Haaah?
Saya lansung memutar motor dengan jengkel,
disinilah peristiwa hampir masuk got itu terjadi. untung tidak jadi.
Saya mendatangi rumah beliau lagi dan benar
sajaa.. donat itu ada di rumaah beliaaau. Ya salaaaam..
Oke. Tragedi donatt selesai. Saya segera meluncur
membawa donat ke tempat pelatihaan dirosaah. Dalam perjalanan saya mengingat lagi bahwa tadi saya sudah keterlaluan dengan esmosi.
Hari berlalu dengan cepaat, sorepun datang. Belum genap emosi donat usaai, Janji yang lain mengundang emosi lagi. Tempat kejadiaan perkara ada di tukang jahit dekat rumaah, jilbab yang sudah sepekanan saya titipkan dengan janji penyelesaian hari ini ternyata belum selesai, tepatnya tidak dikerjakaan oleh si ibu penjahit. Alasannya jugaaa luar biasaa menguji, katanyaa santai "saya nggak sempat"
"nggak sempaat!!!"
Saya sampai lemes mendengar jawabaan si ibu tukang jahit.Ya ampyuunn. Ternyata bukan cuma caleg saja yang kata-katanya susah dipegang, tukang jahit jugaaaa.
Karena tidak ingin terbawa emosi, saya langsung pulang dengan membawa kejengkelan. Saat membuka pintu rumah, datanglah ingatan kalau pagi tadi saya ada janji untuk mampir ke rumah mbak sum. Janji ini sangatlah akut sebab kemarin mbak sum bilang kalau sudah tidak punya uang seperak pun, dan meminta saya meminjamkan uang, Ya Allah.. saya lupaaa. Sedang untuk ke rumah mbak sum jugaa saya jugaa sudah tidak sanggup lagi, sehariaan ini tenagaa saya terkuras. Saya segeera mengambil handphone untuk menghubungi mbak sum..
Dan seperti biasaa mbak sum berhasil membuat saya terharu dengan janji yang tidak saya tepati.. Katanyaa "Nggak apa-apa teh, besok aja saya yang kesitu"
Setelah telepon ditutup. Saya menarik nafass dalam-dalaam. Watak penyesalan yang selalu datang belakangan singgah lagi.
Seharian ini janji-janji telah menggoda saya untuk menumpahkan emosi. Menahaannya seperti melewati rimba belantara tak berpenghuni, sungguh menimbulkan kepayahan. Godaan untuk sekedar menutup mulut begitu menyiksaa, belum lagi bisikan-bisikan bahwa saya ada dipihak yang benar, dipihak yang wajar-wajar saja jika uring-uringaan.
Tapi di akhir hari malah muncul mbak sum yang memaklumi alasan saya tidak menepati janji, tanpa ada gurat emosi sekalipun padahal bisa jadi sehariaaan ini ia galau karena tak memiliki apa-apa untuk di makan. T_T
Maka jadilah saya menyesali ketidak sabaran hari ini, ruang untuk berkompromi dengan diri sendiri seolah tidak ingin saya pakai saat janji itu tidak tertepati pada saya, sedang pada orang lain dengan gampangnya saya meminta udzur. Rahma pahami ini, untuk setiap janji yang tidak tertepati pasti ada alasan besertanya, mungkin sekarang belum kamu mengerti, kelak akan kamu mengerti jugaaa. Dan bisaa jadi saaat pengertian itu datang, kamu akan bersyukur pada setiap janji yang tidak ditepati. Bahwa dalam hidup ini ada sebuah fase, yang manusia diminta bersabar atas kepayahannya. Sabar betapa sulit, maka beruntunglah mereka yang bisa bersabar.
Makasihh lagi mbak sum tersayaangg :)
29 Maret 2014
3 comments
#jlebb
ReplyDeleteDan saya pun gondok di pojokan....
This yours, bener2 nusuk saya yg sering angot2an kl ada yg ingkar janji. Padahal, saya jg pernah ingkar janji...
janji yang tidak ditepati memang suka bikin emosi, ya, Dik.
ReplyDeleteTapi seharusnya kita bisa meniru mbak Sum, lebih sabar dan memahami, meski diperlukan kebeningan hati yang lebih jernih
Salam kenal, dik Rahma
Terimakasih sudah mampir di blog saya, ya
menarik mbak ulasannya.
ReplyDelete