Salam penuh rindu, Bapak.

10:57:00 AM

Langit biru muda pagi ini, saya melangkahkan kaki dengan berat hati, bila letih begini tak jarang saya berpikir untuk berhenti saja. Namun, keletihan ini selalu datang bersama kenangan tentang bapak, tentang tahun-tahun yang telah terlewati saat bapak bergegas menyambut pagi, menjemput rezki.

Sampai lelah hatiku namun tak juga sanggup meraba, keletihan macam apa yang telah bapak lewati, sabar rupa apa yang sudah bapak rajut, akad seperti apa yang telah bapak ucapkan hingga bapak terus saja bergerak menyampaikan kami pada rezki yang telah Allah bagikan bahkan dalam keadaan sakitpun. Saya tidak akan pernah lupa, tanya saya pada suatu sore, bagaimana bapak bisa menikmati hidup jika terus saja bergerak, berhemat sedemikian rupa, bapak tidak menjawab banyak kala itu. Dan sekarang, tapak-tapak yang sudah saya lewati ini membuka mata saya, cinta yang lahir dari perasaan terdalam memang hanya tahu memberi.

Bapak... Disini sedang musim mangga... Adakah baik-baik disitu? Jika musim mangga datang, ingatanku lagi-lagi ada pada bapak, yang jauh-jauh membawa mangga dari kampung ke makassar, dua malam perjalanan, kemudian bapak membawa mangga itu naik angkutan umum dari pebuhan, lalu menggotongnya ke kamar kostanku. Bapak, Semalam ibu bercerita banyak tentang bapak. Setiap kali ibu mengingat bapak, suara ibu mendadak bergetar ada rindu yang ibu tahan. Saya juga rindu, air dipelupuk mata saya mengalir deras, tiba-tiba saya merasa tidak berguna sebagai anak, bahkan sampai bapak meninggalpun saya tidak juga dapat memasukan kebahagian kedalam hati bapak dan ibu, betapa merepotkannya saya sebagai anak, betapa kalian menyayangiku.

Bapak.. Disini jum’at. Dalam do’a-do’a, saya selalu mengulang harap semoga bapak tidak kesepian disitu, semoga Allah berkenaan memberikan tempat yang lapang untuk bapak, dan harap agar kita bisa bertemu lagi. Bapak.. Disini saya sedang berusaha keras menghafalkan ayat-ayat Allah, Nabi mengabarkan bahwa anak-anak yang menghafal al qur’an akan menyematkan mahkota kebanggan untuk orang tuanya diakhirat nanti, semoga Allah memudahkan, saya benar-benar berharap menjadi bagian dari mereka, saya ingin sekali membuat ibu dan bapak bangga.

Bapak.. tabunganku belum juga cukup untuk mengumrahkan bapak seperti janjiku dipertemuan terkakhir kita, saya berjanji akan bekerja lebih giat lagi untuk menyampaikan rindu bapak. Jika dulu, saat melihat ka'bah rindu untuk mendatangi tempat itu menyala seketika, sekarang, rindu itu datang bersama do'a dan juga kenangan, melihat orang berdesak-desakan dalam thawah saya seperti melihat kita di sana, pak. Kita yang dulu berpegangan tangan. Semoga suatu hari nanti saya bisa mendatangi tanah suci, saya ingin mendatangi trotoar dipinggiran masjidil haram tempat kita menunggu waktu sholat, saya ingin mendatangi penjual roti yang besarnya membuat kita takjub, hehe, roti pentungan, saya ingin mendatangi jabal rahmah yang dulu tak sempat bapak datangi kerena sedang sakit, saya ingin berdo'a lebih dalam diraudah agar bisa dipertemukan dengan bapak di akhirat nanti, saya ingin mengenang bapak saat berdo'a sangat syahdu di depan maqam ibrahim, saya akan mendatangi semua tempat yang pernah kita datangi bersama.  Ya Allah perkenankan harapku ini..

Bapak.. Terlalu banyak dan panjang jika saya tulis betapa rasa terima kasih atas kebaikan bapak selama ini, atas kekuatiran bapak untukku yang bapak sampaikan pada ibu. Atas hadiah yang bapak titipkan lewat lisan mbak sum, atas harap yang tak pernah habis untuk kebaikanku. Hanya kepada Allah segala harapku tumpah, semoga Allah memberi bapak balasan yang lebih baik. aamiin


Salam penuh rindu, Bapak.

31 Oktober 2014

You Might Also Like

0 comments

I'm Proud Member Of