Biarkan pagar tertawa

11:17:00 AM


Rasanya Pagar rumah pun akan menertawaiku, kalimat ini terdegar syahdu karena kami sedang susah-susahnya di Ibukota. Teman saya mengucapkannya kemarin malam, malam terakhir kebersamaan kami dipinggiran ibu kota.

Teman seperjuangan, sahabat yang disatukan oleh kesusahan. Seperti berlebihan tapi berada di ibukota dengan uang terakhir hanya 1000 rupiah saja, rasanya sesuatu. hehe

Sedari dulu, saya selalu saja dibuat kagum dengan cara Allah bertindak, tak dapat diduga-duga, ramalan tentang hari esok begitu banyak yang meleset, sedang cara pandang saya tidak fokus, melihat baik yang sejatinya tak kita tau apakah itu benar-benar baik, atau mencela habis-habisan kebaikan yang hadir dengan wujud yang tak kita harapakan.

Banyak yang tidak dapat diduga-duga dalam kehidupan ini. Seperti kemarin, tak pernah terpikir sebelumnya, bahwa kami akan melewati hari sesendu kemarin. barangkali bukan hanya kami saja. Walaupun tak yakin, saya sempat berpikir kalau perasaan kami kemarin adalah perasaan umum yang dirasakan oleh para perantau, perantau yang tidak istiqomah merantau, belum apa-apa sudah kembali ke kampung, membuat pagar tertawa karena airmata telah berderai-derai dihari perpisahan, dan tau-tau sudah kembali lagi dalam waktu singkat sekali.

Kata orang itu Tidak kesatria, tapi biarkanlah orang berkata sesukannya.

Pernah sekali waktu, saya mendiskusikan hal ini dengan teman yang lain, tema diskusi yang kisarannya ada pada tema perantau yang rela bersusah-susah di kampung orang karena malu kembali ke kampung halaman dengan alasan 'belum sukses".

Seperti biasa diskusi kami tak menghasilkan kesimpulan, malah menghasilkan pertanyaan tentang definisi 'sukses' yang membuat repot banyak orang.

Kemarin itu,dalam perjalanan kami lebih banyak diam saya sedikit sedih sedang ia sepertinya sedang memikirkan banyak hal. Keputusan yang berat untuk kembali kekampung sedangkan cita-cita sedang mekar-mekarnya.

Namun, apapun yang terjadi, hidup harus terus berjalan. keep spirit, yang terjadi sekarang bagi sebagian orang adalah kegagalan, namun untuk kita kegagalan adalah patner hidup yang menghebatkan. Hari ini adalah salah satu bagian hidup yang akan kita ingat-ingat jika kelak kita sudah memiliki banyak perternakan uang..

Sebelum berpisah, saya sempat berkata seperti ini "Jika kamu sudah sukses jangan lupa menghubungiku, orang-orang sukses zaman sekarang banyak yang membuat buku autobiografi,saya siap menuliskannya untukmu"

Akhirnya perpisahan datang. Saya kembali melanjutkan hidup seperti biasa, dan ia kembali ke Kampung memulai hari yang baru.

"Bahkan angin pun punya cerita,cerita tentang hembusannya dari timur ke barat atau dari Utara ke selatan,Hidup ini adalah cerita yang akan di tinggalkan. 


Juni 2012




        

 




        

 

You Might Also Like

13 comments

  1. membaca tulisan ini saya teringat kampung halaman. ingin cepat pulang mumpung libur. kuingat pulau-pulau negeri ini dengan laut terindah seperti Selayar kampungku: Misal Wakatobi Island, Polewali. dan taka bonerate..

    ReplyDelete
  2. nice posting sobat..yeah keep fight. salam kenal..

    ReplyDelete
  3. Wah temanmu memilih pulang kampung ya mbak...
    Mungkin memang takdirnya kah?
    Semoga sukses buat mbak dan temannya :)

    ReplyDelete
  4. maka dari kehidupan yg akan ditinggalkan, kita bingkai ceritany dalam nuansa keislaman.

    sama juga donk nii,, saya juga sering balik k kampung. tiap satu semester bergeser, pulank. gthu aja terus. hee..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe..dikit2 pulang kampung sudah fitrahnya mahasiswa ..hehe

      Delete
  5. KEEP ON FIGHTING TILL THE END..
    MASIH BERTAHAN DI'..MANTAP

    ReplyDelete
    Replies
    1. keep oN fighting n istiqomah till the end..

      terimakasih banyak senior atas semangatnya.

      Delete
  6. judul yang menggelitik mba... semoga sang sahabat dimudahkan dlm meraih cita2 yaa...

    makasih udah ikutan GA, salam kenal mba Rahma ^^

    ReplyDelete
  7. iya, salam kenal juga mbak monika..GA nya sukses ya.

    ReplyDelete

I'm Proud Member Of