Yang Allah Rahasiakan
2:46:00 PM
Beberapa menit setelah pesawat meninggalkan Makassar, saya membuat tulisan ini. Alhamdulillah hari ini Allah memberi saya kesempatan untuk berumrah, di bulan yang sama lima tahun yang lalu saat pertama kali berumrah. Antara senang dan setengah nggak percaya atas kesempatan ini. Perjalanan ini juga jadi yang pertama untuk saya dan Ruwaid berjauhan setelah hampir dua tahun ini selalu bersama. Rasa perjalanan ini? ah jangan ditanya, betapa Allah penuh rahasia.
Perjalanan ini menjadi hadiah untuk saya, saat Allah memberi kesempatan untuk berumrah menemani wa ina (baca: ibu). Sejak dua tahun lalu, ibu sudah mengutarakan niatnya untuk umrah, waktu itu saya bilang pada beliau untuk menunggu beberapa tahun lagi agar saya bisa menabung dan menemani beliau. Saya kuatir ada apa-apa jika pergi sendiri karena mata beliau katarak, sering jatuh, tidak bisa membedakan ketinggian, saya juga nggak sampai hati menitipkan ibu saya diusianya yang sudah 75 tahun pada petugas travel.
Akhir tahun lalu, kembali ibu saya mengutarakan niatnya untuk umrah, alhamdulillah kakak saya dan keluarganya juga berniat untuk umrah, saya sedikit lega walaupun saya nggak ikut tapi setidaknya ibu saya ada yang jaga. Tapi, ntah mengapa hati saya kembali gelisah luar biasa saat ibu saya bercerita tentang tanah suci yang beliau lihat di televisi. Ya Allah, saya sangat ingin menemani ibu saya berumrah juga tapi tabungan yang ada direkening saya sudah saya alokasikan untuk anak saya, itu adalah tabungan terakhir saya setelah resign setahun yang lalu.
Kurang lebih dua bulan saya galau luar biasa, Ya Allah, saya ingin sekali menemani ibu saya, kapan lagi saya bisa menemani beliau, kesempatan ke tanah suci dengan orang tua tidak datang setiap saat, saya ingin menemani beliau ke Raudah, saat berjalan ke masjid, saat thawah, saat sholat, saat sa'i, saya ingin bersama-sama beliau di tanah suci. Harapan ini terus saya ucapkan ditengah kegalauan yang saya rasakan :')
Qadarullah, kakak saya dan keluarganya tidak jadi berumrah. Rencana ibu saya untuk ke tanah suci juga akan ditunda. Mendengar hal ini saya seperti ikut mematahkan hati ibu saya.
Sampai pada suatu malam, pada obrolan yang tidak akan saya lupakan seumur hidup, suami saya mengatakan "Kamu temani saja Wa ina umrah, uang yang kamu keluarkan tidak akan pernah bisa membeli rasa bisa membersamai wa ina di Tanah Suci, Allah akan menggatinya."
T_T
Bagi seorang ibu rumah tangga seperti saya, ini tidaklah mudah, banyak sekali pertimbangan yang saya pikirkan. Tapi ucapan suami saya menghapus kegalauan di hati saya, besoknya setelah obrolan kami saya melunasi uang umrah saya dan wa ina. Suami saya juga bersedia mengambil cuti selama saya umrah untuk menjaga Ruwaid. Alhamdulillah.
Dan hari ini saya di pesawat bersama Wa ina menuju tanah suci. Beberapa kali saya menyeka air mata karena tidak bisa menahan haru. Ya Allah terima kasih atas kesempatan ini. Belum apa-apa saya sudah merasakan ganti yang luar biasa dariMu, ya, perasaaan bahagia ini sungguh tidak bisa saya gambarkan bagaimana besarnya. Ya Allah terima kasih karena Engkau lagi-lagi membuka satu diantara banyak rahasiaMu tentang perjalanan ini agar saya dan siapapun tidak pernah berhenti berharap. Karena semua mudah saja untukMu.
27 Februari 2018
0 comments