Belajar dari Ibuk Kirana Dan Ibu Kawa
9:15:00 AM
Walaupun ada yang bilang menjadi ibu tidaklah seindah yang ada di instagram Ibu Kirana dan Ibu Kawa, tapi saya tetap ngefans sama mereka, fans garis keras.
Anggapan itu bisa jadi benar adanya, melihat realita pergulatan batin setiap ibu yang memang nggak sama. Bahkan sampai ada yang merasa terintimidasi melihat betapa indahnya Ibuk Kirana dan Ibu Kawa menjalankan perannya sebagai, minim keluhan, dan jauh dari ketegangan saraf.
"Ah ibu Kawa mah enak bisa leluasa main sama Kawa tanpa musti mikirin cucian dan segambreng setrikaan"
"Ibuk Kirana enak banget sih punya anak balita anteng, pintar, dan lucu kayak Kirana, lihat noh anak gw udah kayak setrikaan lari kesana kemari, bikin saraf gw tegang, hampir putus!"
Ada yang pernah berpikir demikian? :D
Ngomongin Ibu yang sarafnya sering tegang saat ngadepin anak, saya termaksud golongan ini, bawaannya kuatir, sempat kepikiran mungkin kalau anak saya udah bisa ngomong, dia bakal ngomong ke saya "apa aku harus lari ke pantai belok ke hutan, apa-apa di larang". Hahaha
Iya nih, saya perhatiin sering banget deh saya bilang 'jangan' ke doi. Baru merayap dikit ke pojokan saya udah bilang 'eh jangan ke situ 'kotor' atau 'jangan pegang itu bahaya' dan banyak jangan yang lainnya. Dan efeknya leher saya sampai tegang karena dia nggak ngerti saya ngomong apa. Rentetan ketegangan menjadi ibu semakin panjang ceritanya saat melirik media sosial, di sana, ternyata perang batinnya bukan cuma antara ibu dan si anak, lebih heboh karena perangnya udah ngelibatin ibu-ibu dari berbagai penjuru mata angin, tema yang memicu ketegangan juga macam-macam mulai dari popok sampai urusan belekan perut.
Nah saat melirik Ignya Ibu Kawa dan Ibuk Kirana berasa kena angin sepoi-sepoi adem banget. Mereka kok kayak santai banget yaa?
Apa sih rahasia mereka? pake susuk apa? :D
Setelah baca buku belajar memahami anak dengan penuh cinta "Happy Little Soul"nya Ibuk Kirana, terbukalah sedikit rahasia bagaimana membentuk Kirana.
Pointnya bukan cuma pada anak dan ibu saja, saat menyelami cerita ibuk Kirana saya mendapati bahwa setiap ibu dipasangkan dengan anak, bagaiman si ibu membentuk si anak, dengan pertolongan Allah tumbuhlah anak-anak lucu seperti Kirana.
Mungkin ada yang mikir lagi, Kirana mah emang takdirnya pintar? hihi. Saya juga sering mikir gitu tahu saat lihat anak-anak yang bikin kagum, waktu itu saya nggak tahu aja kalau dari bayi anak sebenarnya sudah bisa dilihat emosinya, ada anak yang gampang, agak-agak susah, dan susah banget di hadepin. Nah disinilah peran orangtua mengarahkan emosi si anak. Saya lihat Ibu Kirana sudah berhasil melakukan itu, maka jadilah di IG nya kita akan lihat betapa beliau ini menikmati perannya sebagai ibu.
Kira-kira Ibu Kirana Pernah galau nggak sih? Pernah! Baca aja bukunya, beliau pun pernah ngelewati fase pengen jambak rambut sendiri dan ngejedotin pala ke tembok karena mumet. TAPI.. setelah melewati proses yang pasti nggak mudah, jadilah Kirana. Di balik anak-anak yang pintar ada ibu yang sabar.
TERUS...
Ibu Kawa aka Andien Aisyah.. Masyaallah.. saya tuh sampai nganga ngelihat Andien pas hamil, rajin banget olahraga, bikin ibu-ibu pemalas kayak saya termotivasi untuk bergerak.
Kekaguman saya nggak berhenti, melihat tumbuh kembang Kawa dan pendampingan Ibunya membuat saya ingin belajar seperti itu juga. Saya yakin pasti tantanganya nggak akan sama, apalagi kalau ingat cucian dan setrikaan, tapi kita juga nggak boleh lupa, Ibu Kawa juga punya segambreng kesibukan, tapi toh itu tidak menghalanginya untuk mendampingi Kawa main-main. Lalu masalahnya apa sekarang, yang ngebedain apa? Mungkin management waktunya kali ya.
Ngomongin Ibu Kawa saya banyak belajar bagaimana membiarkan anak tumbuh bahagia dengan proses perkembangannya, ketegangan saraf orang tua jangan sampai menghalangi tumbuh kembang anak, begitu tulisan Ibu Kawa disalah satu Caption foto di IG nya.
Yang paling penting banget adalah pengetahuan akan meredakan ketegangan saraf.
Pernah nggak ngadepin anak bayi yang selalu jatoh-jatohin mainanannya, di ambil di jatohin lagi, gitu terus mutar-mutar sampai matahari bobok. Mungkin kalau kita nggak tahu bahwa itu adalah cara mereka belajar proses sebab akibat, kita bisa empet banget kali ya dan langsung nyembunyiin mainannya di bawah kasur king size. hahahahaha.
Jadi penting banget dipahami bahwa setiap proses yang anak lewati adalah cara mereka belajar. Saya sering banget baca tulisan emak-emak di media sosial yang galau karena anak-anaknya dibanding-bandingin sama anak lain, si emak di tanya-tanya kenapa anaknya kok kurus banget, dan banyak hal lainnya. Si anak sih santai aja, bodok amat, sedang si ibu sudah galau aja dipojokan.
Dari Ibuk Kirana dan Ibu Kawa saya belajar lebih santai dan menikmati peran saya sebagai ibu, membiarkan mereka tumbuh sebagaimana diri mereka, dan tentunya berbahagia. Fase yang mereka lewati saat ini begitu berharga untuk mereka dan tidak akan terulang, jadi mari kita dampingi mereka dengan bahagia (ngomong sama diri sendiri).
:)
0 comments