Perempuan pemilih
1:54:00 PM
Bismillah. Catatan kali ini akan
membahas kita sebagai perempuan, perempuan lajang penuh talenta dengan
usia yang sudah memasuki zona panik. hehe, bukan tanpa alasan catatan
ini terpikir, jadi ceritanya ahad kemarin saya ngobrol panjang kali
panjang dengan teman waktu kuliah dulu, dibahaslah tentang teman-teman
yang sudah menggenapkan separuh diennya.
Ada teman-teman yang terbilang
cepat, mengagetkan pula. Ada junior yang tidak segan-segan menyalip
senior *enggak pake klakson lagi nyalinpnya...haha* tahu-tahu undangan sudah mejeng di facebook,
dan ada senior-senior yang sudah dilanda kepanikan.. dimana..
dimanaaa... di maaana? :D *Salah satu kesyukuran saya saat membahas ini adalah untung saya enggak tinggal di kampung... di
kampung orang seumuran saya ini sudah galau tingkat dewaa memikirkan
jodoh... setresss di tanyaa-tanya terussss* :D
Oke. Usia panik. Teman saya itu tidak sengaja menyebutkan nama seorang
senior yang dari sisi kualitas sudah woowww banget, tampang oke punya, pekerjaan bikin ngiler, cerdasss,
pendidikam woww, berbagai bahasa pun dikuasainya. Pokoknya kalau
dibandingkan sama saya mah perumpamaannya itu bagaikan langit dan sumur
bor.. muka gw jaauuuh. haha
Yang jadi masalah, ia mulai galau, hatinya belum juga
tertambat padahal usia sudah lompat ke angka tiga. Setelah di usut-usut
ternyata bukannya si senior enggak punya fans club, bukan, sudah adaaa tapi nggak ada yang cocok alias terkualifikasi. Saya refleks mengatakan "wajar sih scara kualitasnya juga dong.. membuat para ikhwa gemetar duluan."
Tentang
perempuan yang tak juga menemukan tambatan hati, untuk saya tidaklah
terlalu mengagetkan dan aneh. Keluarga saya banyak yang tidak menikah
sampai menutup usia. Waktu pulang kampung kemarin saya ngobrol dengan
tante saya yang sudah berusia lanjut dan belum juga menikah, dari sekian
banyak obrolan, saya menangkap sisi-sisi kesepian dari diri beliau,
apalagi orang tua dan saudaranya sudah meninggal duluan. Memang 'biar
tidak kesepian' bukanlah tujuan utama pernikahan, namun kesepian yang
saya tangkap dari diri beliau adalah karena tidak adanya teman yang bisa
menjadi patner hidup, tidak ada suami dan juga anak-anak. Mungkin jika bisa memutar waktu, tante saya itu akan menerima pinangan-pinangan yang dulu datang, nasi telah menjadi bubur.
Tante dan senior saya itu memiliki sisi kesamaan dalam urusan ini, sama-sama terlambat menyadari umur, dan sudah menolak banyak sekali pinangan. Penolakan demi penolakan terjadi bukan tanpa alasan. Ada bermacam-macam alasan, mulai dari chemistry yang enggak dapet sampai urusan kemapanan.
Bahkan dikasus yang lain ada yang terpenjara dengan berbagai syarat, mematok syarat yang wow untuk pasangan hidupnya. Harus inilah, harus itulah, agama baik tetap tidak menenangkan kalau nggak mapan, agama baik tetap tidak lolos kualifikasi kalau tampang gak bisa di bawa ke acara arisan. Agama baik tetap tidak cukup kalau pendididkan enggak wah. Datang yang tampangnnya ngartis tapi sholat masih bolong-bolong ditolak mentah-mentarh. Agama baik tetap belum saja diterima karena latar belakang keluarga yang jelata. Datang yang baik agamanya, baik pekerjaannya tapi sudah berusia lanjut. hehe. Banyak syarat. alhasil gagalnya bukan karena cocok atau enggak tapi malah berkasnya yang nggak lolos. hahaha. *saya tahu betul betapa perihnya tidak lolos berkas.. pengalaman mencari kerja mengajarkan rasa ini.
Betapa keadaan terlambat menikah akan semakin menegangkan seiring bertambahnya umur dan baru tersadari bahwa syarat yang sudah dipatok ternyata tidak menjadikan agama sebagai syarat utama. Menyesal mungkin ada namun kembali lagi bahwa urusan pernikahan adalah bagian dari takdir Allah, yang menjadi soal, kita harus memahami bahwa disetiap takdir kita selalu diberi celah untuk mengambil andil, termaksud urusan pernikahan.
Ehm..begini, kebahagiaan dan kebaikan pernikahan itu bukan kerena bertemunya dua orang yang sempurna, bukan, saat dua orang saling mencintai dan sama-sama komitmen untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, maka dua hal ini sudahlah mencukupi langkah awal dari niat untuk menggenapi separuh agama, syarat yang lain menyusul.. hehe.
Okae ladieees.
12 Februari 2014
3 comments
Makasih kak. Sy selalu suka tulisan ta. Seseorng alumni pondok penjara ;)
ReplyDeletehay...hay... sama-sama dek.. salam manis dari alumni pondok orange ;)
Deletehai Rahma... maaf ya baru sempet nengok blognya. Yang kemarin kamu bilang juga saya udah baca. Makasih buat semuanya. Saya jadi terharu gimana..
ReplyDeletewell, tulisan ini bikin saya senyum2 sendiri. hii hii... sebuah pengingat yang manis. Tetap berprasangka baik sama Allah ya. Dan, ditunggu undangannya loh Rahma :-)