Sahabat ; Pembawa Minyak wangi

12:41:00 PM

Mungkin dialah orang yang dimaksud dengan: sahabat karena Allah adalah sahabat yang jika melihatnya, kita jadi mengingat Allah. Jika kita berbicara dengannya, iman kita kepada Allah kian bertambah. Jika bertemu dengannya walaupun tidak melakukan apa-apa, atau tidak bertegur sapa sekalipun tapi masyaallah, ada saja yang membekas, yang menyejukkan, yang meneduhkan, mungkin dialah orang yang mampu membuat saya melakukan pengakuan dosa , menyeleweng dari kebiasaan sesat yang saya tekuni.


Walau dia bukan tipe Dominan, bukan tipe gaul, bukan tipe yang di gemari, bukan tipe heboh, bukan tipe lucu, bukan tipe yang terkenal karena rententan prestasi dunia atau kecantikannya tapi ia punya sesuatu yang membuat orang selalu ingat dan menghargai keberadaannya, Membuat orang lain diam-diam kagum pada dia yang tak terkenal di mata penghuni bumi tapi melangit,Yakin, bukan hanya saya saja yang merasa dia seperti ini .Banyak yang lain.Secret Admire..hhehe

Sekali lagi, ia memang asing.  Kekaguman saya hadir justru karena dia yang memilih untuk tak terkenal di saat orang-orang seumurannya melakukan berbagai hal untuk tenar. dia bahkan harus sabar dan berjiwa besar ketika teman-teman  seangkatannya lulus mendahuluinya. Bukan karena ia tidak sanggup melakukan hal serupa, bukan karena tidak cerdas, apa lagi malas. Ia yang asing memiliki cara yang lain dalam memandang kehidupan .
Keputusannya untuk menunda kelulusan mengundang anggapan-anggapan yang tak menyenangkan, tapi ia lagi-lagi membuktikan bahwa sedari awal yang ia lakukan bukan mengejar pandangan manusia, apalagi  kebanggaan untuk dirinya semata .pilihan-pilihannya pun bukan keputusan buru-buru yang tidak jujur dalam menimbang.  Ia tidak biasa, ia berbeda. Tentang pola pikirnya, pilihannya , pesonanya, juga kualitasnya. MasyaAllah.

Ia dan sifat amanahnya sering membuat saya kehabisan kata-kata, saya semakin mengaguminya. Ia bergerak dengan bijaksana. Ia berpikir lebih banyak, tidur lebih sedikit , memikirkan apa yang ada diluar dirinya. menginkan kebaikan serupa harapannya untuk orang lain, hatinya yang  lapang  menerima penolakan dengan harapan. Kekuatan dari mana , pengharapan pada siapa yang ia harapkan hingga ia merelakan padangan-pandangan aneh yang menyita harga dirinya.“Bukan karena siapa-siapa, ini karena Allah “ katanya di kemudian hari.

Saat itu, saya masih kurus, hitam dan ingusan dengan jiwa mahasiswa baru yang labilnya melegenda. Diam-diam saya kagum padanya dengan pakaiaannya yang tak menarik tapi ada sesuatu yang membuat saya kagum. Di kemudian hari saya tahu, bahwa ia bukannya tak ingin tampil menarik dan memikat siapapun yang menatapnya, bukankah ingin tampil cantik dan mempesona adalah fitrah. Namun di atas semua itu ia memilih pakaian takwa  yang melindungi dan tidak menyesatkan hati bagi para pengagumnya.

Di awal-awal, saya merasa seperti buronan yang di kejar-kejar kebaikan. Ia tak henti-henti menawarkan kebaikan. Saya yang pintar membuat alasan tak lantas membuatnya menyerah. Bahkan tak jarang saya harus mengarang kebohongan-kebohongan kecil agar bisa menghindar dari ajakannya. Sampai suatu hari, saat hidayah mulai menyapa, mata saya menjelma danau kecil. Saya terharu tiada banding  saat mengetahui bahwa yang ia lakukan semata karena cinta, cinta pada saudara seiman. Cinta yang menginginkan kebaikan , cinta yang benar-benar hanya karena Allah. 

Saya dengan banyak keinginan yang membelakangi nilai-nilai kebaikan sempat di buat heran  saat ia  memilih tak pulang kampung karena Alasan bersafar tanpa mahram, dilarang agama katanya. Kala itu , dalam pandangan saya hal ini terlalu berlebihan. Kemudian waktu menemukan caranya sendiri untuk menyadarkan saya yang jauh dari ketaatan. Ini tentang jujur dalam menimbang, jika keinginan itu ada karena Allah maka bersungguh-sungguhlah di dalamnya, namun jika tidak, maka ingatlah sesuatu yang bukan karena Allah tak akan bernilai apa-apa. Sebesar apa pun itu..

Ini lagi-lagi tentang saya, kala itu berlama-lama dalam majelis ilmu, mejelis musyawarah, seperti memandangi jam rusak dengan jarum jam yang tak bergerak, serasa lama.  Lagi-lagi saya mengeluarkan berbagai dalih agar segera meninggalkan majelis itu  atau minimal mengambil posisi sok fokus dengan mata tertutup. eh lalu kenapa ia masih diam saja, tak menempuh jalan yang akan saya ambil bukankah ini membosankan, bukankah tidur-tiduran lebih nikmat. Ah lagi-lagi si tuan waktu membuat saya malu. Wahai diri, bukannya ia tak bisa memilah-milah kenikmatan hidup, hanya saja, pengetahuannya tentang keutaamaan majelis ilmu, majelis kebaikan telah memalingkannya dari kenikmatan tidur atau sekedar bersantai-santai atau yang lebih besar dari itu sekalipun, asal kau tahu, seseorang penuntut ilmu namanya melangit, disebut-sebut oleh Allah di hadapan penghuni langit , seluruh penghuni bumi kompak mendo’akan kebaikan untuknya

Sungguh, ia bukan tanpa kekurangan di mata manusia. Tapi, saya yakin ia mulia di hadapan Allah. Darinya saya belajar banyak hal, kalimat takwa, kesabaran, keikhalsan,  Tawakal tanpa ragu-ragu,  semangat dalam kebaikan, istiqomah, ukhuwah, akhlak yang baik dan banyak cinta. Ia benar-benar layaknya pembawa minyak wangi yang menyebarkan wewangian (Kebaikan).

Ukhtifillah, Saya Mencintaimu karena Allah, Teriring harap, Walaupun saya tidak sesholeha dirimu namun saya berharap kita  dapat bersama terus dalam kebaikan yang terus menerus hingga di syurga-Nya kelak..Aamiin

Terimakasih, Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan balasan yang lebih baik.


Pict From Here

Bekasi , 21 Maret 2013
Kembali mengingat masjid Kampus Universitas Hasanuddin dan usaha untuk melarikan diri dari Studi Islam Intensif( SII) di awal-awal perkuliahan..hehe. 












You Might Also Like

4 comments

  1. tiada ikatan yang paling indah melebihi persaudaraan karena Allah..

    Makasih Mba dah ikutan.

    ReplyDelete
  2. payung merah marunMarch 22, 2013 at 6:55 AM

    "semangat ... trus berkarya..dan trus menulis..menulis.dan menebar hikmah"
    d(^_^)b

    ReplyDelete

I'm Proud Member Of