Yang tersisa dari kepergian Ruwaifi...
2:15:00 PM
Area pemakaman tempat Ruwaifi di makamkan tidak jauh dari tempat tinggal saya. Jadi setiap kangen sama Ruwaifi saya bisa langsung tancap gas ke saana, hanya butuh waktu sekitar 15 belas menitan.
Area pemakaman yang asri menghilangkan kesan horor yang selama ini dihubung-hubungan dengan kuburan.Pertama kali kesana saya sempat kaget,loh kok ada masjid, masjidnya cantik itu lah yang akan dijumpai para peziarah setelah melewaati gerbang yang di apir dua pagar besi. Di dekat gerbang ada rumah lengkap dengan warungnya, tak jauh dari situ ada beberapa ruangan yang di jadikan tempat berkantor oleh pengurus makam. Jalan setapak antar satu bagian makam dengan bagian lainnya dipakaikan paving blok.
Maka jadilah saya bisa betah berlama-lama di sana. Setelah perkenalan saya dengan Pak Salim beberapa hari yang lalu, suasana kunjungan saya ke makam Ruwaifi jadi berasa beda. Pak Salim adalah tukan gali kubur. Dari wajah saya menaksir umur beliau ada di angka 60-70an. Beliau sudah sepuluh tahun lebih bekerja sebagai tukang gali kubur di sana.
Terakhir bertemu, pak salim lagi sibuk-sibuknya menggali kubur untuk jenazah yang akan dimakamkan sore nanti. Sambil menunggu jenazah datang, saya mengobrol dengan pak salim sekalian jalan-jalan di area pemakaman. Saya sempat merinding melihat jejeran makam-makam yang masih basah. Tak jauh dari situ ada satu petak tanah yang kelihatan tidak terurus,saat melewati area itu pak salim mengatakan bahwa kuburan yang baru-baru beliau gali ada disana, sambil menunjuk lubangan kubur yang siap di pakai. Lagi-lagi saya merinding.
“Pak salim, bagian itu kok kayak gak terawat ya?” tanyaku
“iya bu, orang-orang yang dimakamin disana emang nggak dikenal, biasanya jenazah dari rumah sakit yang datanya nggak jelas di makamin di sana bu, bayi-bayi yang dibuang juga banyak di sana bu”
Saya terdiam mendengar penjelasan Pak salim.
Area pemakaman yang asri menghilangkan kesan horor yang selama ini dihubung-hubungan dengan kuburan.Pertama kali kesana saya sempat kaget,loh kok ada masjid, masjidnya cantik itu lah yang akan dijumpai para peziarah setelah melewaati gerbang yang di apir dua pagar besi. Di dekat gerbang ada rumah lengkap dengan warungnya, tak jauh dari situ ada beberapa ruangan yang di jadikan tempat berkantor oleh pengurus makam. Jalan setapak antar satu bagian makam dengan bagian lainnya dipakaikan paving blok.
Maka jadilah saya bisa betah berlama-lama di sana. Setelah perkenalan saya dengan Pak Salim beberapa hari yang lalu, suasana kunjungan saya ke makam Ruwaifi jadi berasa beda. Pak Salim adalah tukan gali kubur. Dari wajah saya menaksir umur beliau ada di angka 60-70an. Beliau sudah sepuluh tahun lebih bekerja sebagai tukang gali kubur di sana.
Terakhir bertemu, pak salim lagi sibuk-sibuknya menggali kubur untuk jenazah yang akan dimakamkan sore nanti. Sambil menunggu jenazah datang, saya mengobrol dengan pak salim sekalian jalan-jalan di area pemakaman. Saya sempat merinding melihat jejeran makam-makam yang masih basah. Tak jauh dari situ ada satu petak tanah yang kelihatan tidak terurus,saat melewati area itu pak salim mengatakan bahwa kuburan yang baru-baru beliau gali ada disana, sambil menunjuk lubangan kubur yang siap di pakai. Lagi-lagi saya merinding.
“Pak salim, bagian itu kok kayak gak terawat ya?” tanyaku
“iya bu, orang-orang yang dimakamin disana emang nggak dikenal, biasanya jenazah dari rumah sakit yang datanya nggak jelas di makamin di sana bu, bayi-bayi yang dibuang juga banyak di sana bu”
Saya terdiam mendengar penjelasan Pak salim.
Lalu itu makam siapa pak salim, saya menunjuk bangunan makam yang lain dari makam disekelilingnya.
“Oh itu makam habib bu, sering di zairahi juga itu bu sama warga”
“Kalau yang itu kenapa banyak batu-batunya pak?”
“Itu kejeblok bu, papan-papannya udah rusak”
Saya diam lagi.
Sungguh, saya takut! Ingin cepat-cepat pulang.
“Pak salim tolong makam anak saya dirawat ya pak”
“Iya bu, insyaallah kalau ada umur, makam anak ibu akan saya rawat”
“Pak salim tolong makam anak saya dirawat ya pak”
“Iya bu, insyaallah kalau ada umur, makam anak ibu akan saya rawat”
Saya menyudahi obrolan dengan pak salim dengan perasaan takut pada banyak hal, mengingat lagi kematian, Ya Allah entah bagaimana akhirnya? Semoga baik.
---------
Untuk Ruwaifi sayang, kepergianmu Nak, mengajarkan banyak hal pada kami, orang tuamu. :’)
Buat Pak salim, terima kasih banyak pak, semoga bapak sehat-sehat, diberi umur yang berkah, dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah atas kebaikan bapak pada mereka yang di takdirkan 'pergi' lebih dulu.
---------
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar.” (HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945)
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qiroth. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” “Ukuran paling kecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim no. 945)
16 Desember 2015
0 comments