Dont stop now, you almost there :)
4:07:00 PM
Pekan
kemarin saya mendapat pelajaran dari beberapa kejadian yang saya temui .
Benar-benar berharga karena saya nggak harus jalan jauh untuk membuka
mata saya bagaimana harus melihat kesalahan/ dosa dari sisi yang
berbeda.
Jujur saya adalah tipikal yang suka down apalagi saat
melakukan kesalahan yang jelas-jelas saya tahu bahwa itu salah,
berangan-angan agar waktu dapat berjalanan mundur, galaunyapun kadang
sampai berhari-hari. Tapi galau yang berhari-hari itu tidak lantas
membuat saya tidak kumat lagi karena kenyataannya hampir tidak terhitung
saya mengulang kesalahan yang sama. Hari ini taubat besok kumat lagi.
Pelajaran yang temui ada pada kisah Abu mihjan. Sabtu kemarin saya
nonton acara khalifah di trans tujuh, kisah abu mihjan diceritakan
dengan sangat baik oleh ustadz budi anshari pada acara tersebut. Awalnya
saya sempat malas-malasan menyimak kisah beliau, alhamdulillah Allah
berkenan, diakhir cerita saya mendapat banyak pelajaran.
Siapa
abu mihjan? nggak terkenal ya? Saya juga baru pertama kali mendengar
nama ini, kisahnya langsung membuat saya berderai air mata, mampu
memberi semangat untuk terus berupaya baik, dan semakin membuat saya
yakin bahwa pada setiap diri kita keinginan untuk baik itu selalu ada,
yang membedakan barangkali hanya upayanya. Jadi, jangan berbutus asa
kaka. Jatuh bangun dalam hidup itu biasa, salah pun sudah dipatenkan
sebagai sifat dasar kita sebagai manusia, sebaik-baik ia yang melakukan
kesalahan adalah yang segera menyesalinya.
Abu mihjan adalah salah satu shahabat Rasulullah. Beliau adalah seorang
laki-laki yang sangat sulit menahan diri dari khamr (minuman
keras).Beliau sering dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
untuk diterapkan hukum cambuk (Jild) padanya karena perbuatannya itu.
Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh kali dihukum cambuk.
Tetapi, beliau adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad,
perindu syahid, dan hatinya gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi
jihad para sahabat nabi Radhiallahu ‘Anhum.
Hingga datanglah
perang Al Qadisiyah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash Radhiallahu
‘Anhu melawan Persia, pada masa pemerintahan Khalifah Umar Radhiallahu
‘Anhu. Abu Mihjan ikut andil di dalamnya, beliau tampil gagah berani
bahkan termasuk yang paling bersemangat dan banyak membunuh musuh.
Tetapi, saat itu beliau dikalahkan keinginannya untuk meminum khamr,
akhirnya beliau pun meminumnya. Maka, Sa’ad bin Abi Waqash menghukumnya
dengan memenjarakannya serta melarangnya untuk ikut jihad.
Di
dalam penjara, beliau sangat sedih karena tidak bisa bersama para
mujahidin. Apalagi dari dalam penjara beliau mendengar suara dentingan
pedang dan teriakan serunya peperangan, hatinya teriris, ingin sekali
beliau membantu kaum muslimin melawan Persia yang Majusi. Hal ini
diketahui oleh istri Sa’ad bin Abi Waqash yang bernama Salma, beliau
sangat iba melihat penderitaan Abu Mihjan, menderita karena tidak dapat
ikut berjihad, menderita karena tidak bisa berbuat untuk agamanya!
Maka, tanpa sepengetahuan Sa’ad -yang saat itu sedang sakit, dan beliau
memimpin pasukan melalui pembaringannya, serta mengatur strategi di
atasnya- Beliau membebaskan Abu Mihjan untuk dapat bergabung dengan para
mujahidin. Abu Mihjan meminta kepada Salma kudanya Sa’ad yaitu Balqa
dan juga senjatanya. Beliau berjanji, jika masih hidup akan
mengembalikan kuda dan senjata itu, dan kembali pula ke penjara.
Sebaliknya jika wafat memang itulah yang beliau cita-citakan.
Abu
Mihjan berangkat ke medan tempur dengan wajah tertutup kain sehingga
tidak seorang pun yang mengenalnya. beliau masuk turun ke medan jihad
dengan gesit dan gagah berani. Sehingga Sa’ad memperhatikannya dari
kamar tempatnya berbaring karena sakit dan beliau takjub kepadanya, dan
mengatakan:
“Seandainya aku tidak tahu bahwa Abu Mihjan ada di
penjara, maka aku katakan orang itu pastilah Abu Mihjan. Seandainya aku
tidak tahu di mana pula si Balqa, maka aku katakan kuda itu adalah
Balqa.”
Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada istrinya, dan
istrinya menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Abu Mihjan,
sehingga lahirlah rasa iba dari Sa’ad kepada Abu Mihjan.
Perang usai, dan kaum muslimin menang gilang gemilang. Abi Mihjan kembali ke penjara, dan beliau sendiri yang memborgol kakinya, sebagaimana janjinya. Sa’ad bin Waqash Radhiallahu ‘Anhu mendatanginya dan membuka borgol tersebut, lalu berkata:
Perang usai, dan kaum muslimin menang gilang gemilang. Abi Mihjan kembali ke penjara, dan beliau sendiri yang memborgol kakinya, sebagaimana janjinya. Sa’ad bin Waqash Radhiallahu ‘Anhu mendatanginya dan membuka borgol tersebut, lalu berkata:
Kami tidak akan mencambukmu karena
khamr selamanya. Abu Mihjan menjawab: “Dan Aku, Demi Allah, tidak akan
lagi meminum khamr selamanya!”
****
Masyaallah kisah Abu Mihjan mengajarkan banyak hal, jelas bahwa beliau pelaku maksiat namun kecintannya pada kebaikan sungguh mengajari saya untuk tidak cepat berputus asa menempuh jalan-jalan kebaikan, dan juga terus berprasangka baik pada saudara seiman yang masih terlihat ‘salah’ karena bisa jadi hidayah untuk mereka sudah sangat dekat tinggal menunggu waktu saja, bisa jadi dia yang kita lihat ‘salah’ sedang tertatih bangkit menjadi lebih baik. Jangan berhenti berupaya baik!
Masyaallah kisah Abu Mihjan mengajarkan banyak hal, jelas bahwa beliau pelaku maksiat namun kecintannya pada kebaikan sungguh mengajari saya untuk tidak cepat berputus asa menempuh jalan-jalan kebaikan, dan juga terus berprasangka baik pada saudara seiman yang masih terlihat ‘salah’ karena bisa jadi hidayah untuk mereka sudah sangat dekat tinggal menunggu waktu saja, bisa jadi dia yang kita lihat ‘salah’ sedang tertatih bangkit menjadi lebih baik. Jangan berhenti berupaya baik!
Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan keburukan-keburukan. (QS. Hud: 114)
Semangat!
17 Februari 2015
0 comments