Akhlak merekatkan rasa bertetangga
7:49:00 AM
Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah
seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang
mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad,
dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila
kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Kata-kata celaan ini
bagai wirid yang ia ucapkan setiap kali ada yang mendatanginya. Tanpa
sepengetahuannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendatanginya
dengan membawa makanan, dan tanpa sepatah kata pun Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam menyuapkan makanan kepada pengemis itu
walau pengemis itu terus saja mengulang wirid yang sama “Jangan dekati
Muhammad”
Setelah
kewafatan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, abu bakar
radhiyallahu anhu menggantikan Rasulullah membawakan makanan setiap pagi
kepada pengemis Yahudi buta itu. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si
pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?" Abubakar menjawab,
"aku orang yang biasa". "Bukan! engkau bukan orang yang biasa
mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku
tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah.
Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih
dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia
berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan
perkataannya.
Abubakar
tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada
pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku
adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada.
Ia adalah Muhammad Rasulullah, Setelah pengemis itu mendengar cerita
Abubakar ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?,
selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah
memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap
pagi, ia begitu mulia. Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya
bersyahadat dihadapan Abubakar.
***
Pertama
kali membaca kisah ini saya terkagum-kagum. Pantas saja, iya pantas
saja Rasulullah bisa menaklukan banyak hati, cerita agama belum masuk
tapi akhlak sudah merasuki lawan bicara. Dari banyak pengalaman, hati
memang kebanyakan jatuh pada akhlak meski ucapan lebih cepat sampainya.
Masyaallah. Dari sekian barisan kisah yang saya dapati dari mereka yang
berpindah keyakinan kebanyakan adalah karena pesona akhlak. Kebaikan agama ini tersampaikan lewat akhlak.
Demikian
juga dengan tetangga saya disini. Awalnya dari
menutupkan pagar rumah, tetangga saya ini berulang-ulang menutup pagar
rumah yang saya biarkan menganga, selanjutnya makanan, padahal saya
tidak sekalipun memberikan makanan ke mereka, tapi mereka selalu saja
berbaik hati memberikan makanan ke saya. Saat saya sakit mereka yang pertama datang menjenguk. Puncaknya saat tetangga saya
ini di vonis sakit kanker, saya menjadi bagian dari mereka yang
sesegukan ikut mendo’akan agar istri beliau cepat sembuh. Saya sempat
heraan dengan kekuatiran saya, dengan harapan saya yang begitu besar
untuk kesembuhan beliau.
Apa sebab?
Setelah
saya pikir-pikir lagi ini tidak lain karena Akhlak pak ustadz dan ibu
yang membuat saya begini. Kebaikan agama ini sampai pada saya lewat
kebaikan-kebaikan mereka. Mereka mengajarkan dakwah yang tak melulu
berdiri di atas mimbar, kebaikan agama ini bisa tersampaikan lewat
akhlak kita, lewat hal-hal kecil, berbaik-baik pada tetangga bisa
menjadi jalan menyebarkan kebaikan agama ini dilingkungan kita. Semoga dimudahkan.
“Jibril
senantiasa bewasiat kepadaku agar memuliakan (berbuat baik) kepada
tetangga, sampai-sampai aku mengira seseorang akan menjadi ahli waris
tetangganya” (HR. Al Bukhari)
Senin, 13 Oktober 2014
Saya
selalu malu jika berbicara Akhlak... Semoga dengan sering-sering
membahas akhlak, keinginan diri ini untuk berbenah semakin kuat. Untuk
teman-teman yang pernah tersakiti oleh tingkah laku saya mohon dimaafkan
ya..
1 comments
tetangga adalah orang pertama yang tahu bagaimana keadaan kita sebelum saudara
ReplyDelete