Mengaku baik.. tunggu saja ujianmu
9:20:00 AM
Tuhan tahu betul bagaimana memperlakukan
orang tidak sabaran seperti saya ini. Caranya mudah saja yakni dengan
terus-terusan membuat saya tidak sabaran. Untuk saya ujian kesabaran ini
di mulai dari urusan remeh temeh semisal urusan kaos kaki yang bertukar
pasangan sampai urusan pasangan hidup. hahaha. Pagi ini, kesabaran
saya di uji dengan kasus ringan, jari saya tidak bisa diajak kompromi
untuk finger print padahal sudah masuk injury time, sedikit lagi saya
akan kena potong gaji tapi sidik jari saya tidak juga terbaca, saya
menggerutu tidak sabaran. Saya paham betul bahwa saya sedang di
uji dengan hal ini. Satu-satunya masalah, ya itu, saya tidak sabaran.
Ujian kesabaran ini akan naik kelas tingkat kerumitannya saat saya
'menampilkan' diri sebagai orang sabar atau 'berusaha' menyabarkan diri
padahal dalam hati saya menanggung kejengkelan tingkat dewa.
Hal ini terus saja berulang dan baru saya sadari akhir-akhir ini seiring
seringnya saya menggunakan kata sabar untuk orang lain. Untuk orang
lain sedang pada diri sendiri gagap pengamalannya. Sabar untuk saya pribadi hampir menyentuh semua sisi
kehidupan yang saya jalani, tampa andil orang lain sekalipun saya masih saja di
tuntut bersabar. Untuk urusan dengan Tuhan yang sifatnya pribadi begitu saja
saya harus menyabarkan diri dengan kesabaran yang sering tidak bisa saya
tanggung, belum lagi melibatkan orang lain dan memasuki ranah-ranah perasaan.
Pelan-pelan saya menyimpulkan bahwa penderitaan adalah nama lain dari
ketidak sabaran. Saya sering 'merasa menderita' karena tidak sabar. :p (mati ko
naah) kabar lainnya bahwa di mana ada ujian pasti kesabaran di tuntut, sedang
hidup adalah rangkai ujian jadi siap-siap saja menderita seumur hidup jika
tidak sabaran.
Baru ujian kesabaran saja sudah merepotkan begini, belum lagi ujian yang lain, belum lagi ujian dari pengakuan-pengakuan 'palsu' yang saya kemukakan, belum lagi ujian dari apa yang keluarkan dari mulut dan apa yang saya tuliskan, banyak ujian. Saya pernah mendengar bahwa ujian hidup itu bisa datang dari apa yang kita katakan atau tuliskan. Dan benar saja, Saya mengalami ini. Hal ini mulai terasa saat saya berbagi nasehat dengan seorang teman tentang menjaga pergaulan. Tema pembicaraan kami adalah pacaran dilarang agama, Saya memberikan penjelasan panjang kali panjang. Kami juga sempat membahas adab-adab dan efek dari pergaulan yang tidak terjaga.
Baru ujian kesabaran saja sudah merepotkan begini, belum lagi ujian yang lain, belum lagi ujian dari pengakuan-pengakuan 'palsu' yang saya kemukakan, belum lagi ujian dari apa yang keluarkan dari mulut dan apa yang saya tuliskan, banyak ujian. Saya pernah mendengar bahwa ujian hidup itu bisa datang dari apa yang kita katakan atau tuliskan. Dan benar saja, Saya mengalami ini. Hal ini mulai terasa saat saya berbagi nasehat dengan seorang teman tentang menjaga pergaulan. Tema pembicaraan kami adalah pacaran dilarang agama, Saya memberikan penjelasan panjang kali panjang. Kami juga sempat membahas adab-adab dan efek dari pergaulan yang tidak terjaga.
Saat itu, saya berada diposisi yang memberikan nasehat.
Kemudian, tanpa diminta, ujian pergaulan mendatangi saya. Untuk ujian ini,
rasanya, saya ingin lari ke hutan lalu belok ke pantai kemudian memanjat pohon. Berat. Pelajaran nomor wahid, "buktiin
omongan lu, jangan omong doang." hahahah. Disini, saya seperti mendapat
wangsit untuk hati-hati memberikan nasehat. Untung saya tidak kapok. Idealnya.
setiap nasehat yang keluar dari lisan-lisan kita harusnya adalah upaya
perbaikan diri. Rasanya aneh saja, jika nasehat yang kita berikan kepada orang
lain justru tak menyentuh hati-hati kita.
Di lain hari, Saya membuat pengakuan pada seorang teman
tentang rencana Tuhan yang selalu lebih baik. Sebenarnya pengakuan saya ini
mengandung misi untuk meyakinkan dia, untuk menghilangkan kesedihannya. Kemudian,
tak menunggu musim berganti, ujian dari pengakuan saya tempo hari datang
menghadap. Saya diuji dengan rentetan kejadian yang lari jauh dari rencana yang
sudah saya tulis di tembok. Saya mendapati diri saya hampir tak lolos ujian,
saya masih sering mengeluh dan meragukan rencana Tuhan. Saya belum mampu
bersabar.
Di kesempatan lain, Ujian kesabaran benar-benar menghadang.
Pembahasan tentang sabar tiba-tiba saja naik daun. Saya banyak bicara tentang
sabar, janji-janji manis untuk mereka yang bisa bersabar membuat saya bersemangat untuk
mengamalkan perkara ini. belum lagi, keberuntungan untuk orang yang bisa
bersabar serasa ada dipelupuk, begitu dekat. Saya mulai membangun
kesabaran-kesabaran kecil. Ujian kesabaran muncul satu-satu, ujian kesabaran
ini kemudian naik kelas. Pada tingkatan tertentu, Saya mendapati diri saya
masih kurang sabar, saya bisa bersabar untuk keadaan yang tidak baik dalam
keadaan kenyang. namun, Saya bisa esmosi tingkat dewa untuk keadaan yang sama
dalam kondisi lapar. Kesimpulannya, sabar dan lapar berhubungan erat. hahaha.
Beruntunglan mereka yang bisa bersabar. Makaan dulu sanaaa..
Pernah juga, Pembahasan dakwah menguasai obrolan.
Semangat saya berlari cepat, saya mulai menyusun rencana, menulis tentang
dakwah, dan berbagi nasehat. namun, rupanya, pengakuan tidak akan pernah
dibiarkan mengaku dengan tenang, harus diuji dulu. Ujian tentang dakwah datang
berupa permintaan untuk berkorban. di bagian ini, saya mendapati pengorbanan
saya belumlah sungguh-sungguh, terlalu banyak pertimbangan. Saya harus mengakui
bahwa nilai-nilai dakwah belum meresap baik kedalam hati saya. Lagi..lagi saya belum bisa bersabar.
Minggu lalu, ini tentang penyakit yang diderita oleh
sebagian perempuan yang ada di Jagad Raya ini, Suka bercerita. Saya sudah
berniat untuk tidak membicarakan kelemahan orang lain. Rencana baik ini
terlaksana dengan sukses saat saya mendekam seorang diri di dalam kamar, dan
tahu apa yang terjadi pemirsa, sesampai di tempat kerja, gosip-gosip murahan
artis pun ikut menggoda saya, dan lagi-lagi saya tidak bisa menahan mulut untuk
ikut berkomentar. Mata dan mulut seperti kompak menjadikan saya tidak sabaran.
Saya seperti lupa dengan rencana baik untuk tidak lagi membicarakan kelamahan
orang lain.
Kejadian-kejadian yang saya ceritakan di atas adalah ujian
dari sebagian pengakuan saya yang lalu-lalu. Selamanya pengakuan saja tidak
akan pernah cukup. Jika berani mengaku sholeh (PD tingkat dewa) maka tunggu
saja pengakuanmu akan di uji sampai kamu terbuktiis sholeh atau ditampakanlah
kalau dirimu hanya sekedar ngaku-ngaku aja. Jika sudah mengaku beriman, maka
siap-siap saja, Ujian pasti akan datang, untuk menguji seberapa tangguh
pengakuanmu. Oke, saya mengaku belum bisa bersabar. :D
Satu lagi, orang baik, orang sabar, orang sholeh yang aseli
biasanya tidak mengaku-ngaku. Jadi, kalau ada yang ngaku-ngaku, yakin saja itu palsu. :D
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-Ankabut: 2-3)
26 Desember 2013
Pengaruh ngantuk , aliran arus jadi terbaca aliran sesat
-_-'
1 comments
jadi inget kisah yg seorang tokoh sufi terkenal.. beliau juga mendapat teguran karena dirinya merasa sudah beriman. :D
ReplyDeletetak menyangka kejadian2 tak terduga saat ucapannya dan hatinya tak tepat :D