Kemarin, malam serasa lebih
panjang dari malam-malam sebelumnya. Bukan karena malam minggu. Bukan itu.
Kemarin malam itu saya merenung agak lama, menutup mata rapat-rapat, dan banyak menyesal. Bisa dibilang saya sadar lagi betapa kepada Allah saya sering berprasangka tidak baik.*Semoga kesadaran ini enggak cepat hilang* :)
Kegalauan saya dalam perenungan bermula saat membaca kisah seorang laki-laki yang selalu berperasaan
positif, selalu berprasangka baik pada setiap ketetapan Allah. Dikisahkan
bahwa laki-laki tersebut bersama anaknya memiliki cita-cita yang amat mulia, mereka
ingin berjihad. Kemudian, sebagai langkah awal dari niat baik itu, mereka
membeli seekor kuda dan merawat kuda tersebut dengan sebaik-baik perawatan.
Orang-orang dibuat
terpesona dengan kuda tersebut, pujian pun mengalir deras karena kagagahan sang
kuda. Menanggapi pujian tersebut mereka pun mengatakan bahwa “kami tidak tahu
apakah ini baik atau buruk untuk kami, kami hanya bisa berhusnuzon kepada
Allah”
Suatu hari, anak dari laki-laki
tersebut menaiki kuda yang telah mereka pelihara, dan qadarallah, si anak
terjatuh dari kuda hingga membuat ia cacat. Orang-orang kembali
berkomentar, komentar kali ini lebih pada sikap menyalahkan “ternyata kuda yang
kelihatan gagah itu tidaklah sebaik dugaan kami karena ia telah membuat anakmu
cacat “
Tak banyak komentar,tak juga ada
pembelaan diri, laki-laki itu berkata Lirih ”kami tidak tahu apakah ini baik
atau buruk untuk kami, kami hanya bisa berhusnudzon kepada Allah.” Tak
Berselang lama dari perisitiwa kecalakaan itu. Daerah tempat mereka bermukin didatangi
kabar kalau seluruh pemuda di daerah tersebut diwajibkan ikut berperang,
peperangan yang tak terlalu jelas apa yang diperjuangkan, agama kah atau yang
lain.
Dan Qadarallah, anak dari
laki-laki tersebut tidak diikutkan berperang karena kondisinya yang tak
baik.
Masyarakat setempat lagi-lagi
memberikan komentar ”ternyata kejadian kemarin itu memiliki hikmah.” Dan
kembali ayah dari anak tersebut memberikan jawaban yang sama “kami tidak tahu
apakah ini baik atau buruk untuk kami, kami hanya bisa berhusnudzon kepada
Allah.
Setelah kejadian itu, mereka
kembali menjalani hidup seperti biasa.cita-cita untuk berjihad tidaklah
terlupakan. Namun, kuda yang telah mereka rawat baik-baik tiba–tiba saja
menghilang.
Orang-orang pun ramai
mencemoh si kuda yang tak tahu berterimakasih. Laki-laki itu masih tak
banyak bicara. ia masih memberikan jawaban yang sama “kami tidak tahu apakah
ini baik atau buruk untuk kami, kami hanya bisa berhusnudzon kepada Allah. Dan
Subhanallah, Kuda itu ternyata pergi untuk kembali, ia kembali dengan
sekerumunan kuda yang banyak. Kuda tersebut barangkali menyampaikan kabar ke
teman-temannya kalau ia telah menemukan tuan yang baik.
Untuk saya, kisah di atas luar
biasa menyinggung. Saya ini sering terburu-buru menyimpulkan sesuatu. Kadang-kadang
berpikiran buruk, sering uring-uringan, sering berandai-andai, sering lupa juga bahwa Allah tahu segalanya
dan tak ada yang tersembunyi untukNya. Kesadaran ini harus saya rawat baik-baik karena masih sering saya dibuat kagum setengah mati oleh rumput tetangga, hingga
membuat saya tidak fokus merawat rumput sendiri, sering ngiler ngelihat kehidupan orang lain. hehe, stok ingatan saya yang terbatas seperti memudahkan saya untuk sering lupa bahwa
Allah tahu setiap harap dan butuh dalam diri saya. Bisa jadi jika rumput yang saya miliki sehijau
rumput tetangga maka saya akan silau, dan dibuat repot oleh si rumput. Melakukan yang terbaik dititik saya berdiri saat ini adalah pilihan yang paling menenangkan. Right? :)
Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Kisah
diceritakan kembali oleh saya..semoga maksudnya tersampaikan :)