Cerita Kelahiran Ruwaid

7:46:00 AM

Bismillah…

Kemarin saya  kembali bekerja lagi. Rasanya seperti dejavu, setahun lalu saat pertama kali masuk kerja lagi setelah lahiran, setiap  yang saya jumpai menatap saya dengan tatapan duka cita. Kemarin, beda. Saya bisa merasakan banyak bahagia yang menyambut saya saat memasuki tempat kerja. Salah seorang teman akrab saya seperti ingin memastikan kebahagian yang saya rasakan dengan tanya yang padanya terselip harap agar saya bisa berbahagia lagi setelah duka kepergian Ruwaifi.

Sebelum kehilangan Ruwaifi, pemahaman bahwa anak adalah titipanNya dan bisa diambil kapan saja seperti menancap kuat dalam hati saya, rasa-rasanya saya akan tabah-tabah saja jika diperhadapkan dengan keadaan ini. Namun nyatanya saat saya diperhadapakan dengan urusan anak, hati saya ini mendadak layu, lemah.

Kehilangan anak tidak sama dengan perasaan apapun yang pernah dijumpai hati saya sebelumnya. Kemudian saat hamil Ruwaid, perasaan takut kehilangan itu seperti mengalir pada aliran darah saya, saya benar-benar takut.

Hari-hari Sembilan bulan menanti kelahiran Ruwaid begitu mendebarkan, saya tidak tahu cara menjelaskannya dengan baik, ya, seperti bahagia yang mendebarkan, seperti rasa takut yang memohon agar perasaan kehilangan yang lalu tidak lagi saya rasakan :’)

Atas semua kepayahan yang saya rasakan selama hamil, sampailah saya pada hari persalinan. Hari itu kepala saya dipenuhi oleh ingatan tentang Ruwaifi saat melewati setiap tahapan sebelum sampai di meja operasi.

Ba’da Dzuhur saya masuk ruang operasi.

Ya Allah, deg-degaan  yang saya rasakan hampir membuat jantung saya lompat keluar.

Daaan tidak lama setelah operasi dimulai, saya mendengar suara tangisan Ruwaid, dan bersama tangisan itu air mata saya jatuh. Saya terharu habis-habisan.

Dokter disamping saya mengucapkan selamat, kata beliau saya melahirkan seorang putra. Kemudian suster mendekatkan Ruwaid, dan saya kehilangan kata-kata. Terima kasih ya Allah.

Malamnya, Ruwaid di bawa ke kemar tempat saya di rawat, di sana hanya ada saya, ruwaid, dan suami saya. Ruwaid sejak malam itu menjadi sejuk yang teramat sejuk di hati kami. Melahirkan Ruwaid membuat saya ingin hidup lebih baik lagi, segala angan untuk berkarir sejauh-jauhnya seperti hilang begitu saja saat menatap pipi bulatnya, hehe.

Terima kasih, Ruwaid. Sudah menjadi kebahagiaan kami.


1 Desember 2016





You Might Also Like

0 comments

I'm Proud Member Of