Ibu Yang Mencipta Kenangan Manis

9:48:00 AM


Saya percaya setiap orang sedang berusaha dengan caranya masing-masing untuk bisa bahagia, terlepas dari bagaimana caranya. Kesadaran ini semakin saya hayati saat banyak ngobrol sama ibu-ibu seumuran saya dengan keputusan yang beda, ada yang memilih untuk bekerja di rumah seharian, ada juga yang memilih untuk bekerja di luar rumah. Dua hal ini saya yakini adalah salah satu dari sekian cara untuk bisa bahagia. Saya sendiri sedang berjuang untuk bahagia di rumah, nggak bisa saya pungkiri untuk bahagia setiap hari tidak selalu mudah, bayangan seharian bisa sabar duduk manis nemanin anak main kadang hanya wacana, janji-janji pahala untuk istri shaleha kadang hanya jadi teori yang susah sekali dipraktekan, rencana mau belajar ini itu biar pintar nyatanya kalah sama mata yang selalu mau merem, Hahahaha. Jadi ibu ternyata begini ya sist rasanya.😅

Saya yakin banyak temen di luar sana yang senasib sama saya, yaa kaan? makanya kalau lagi galau-galau salah satu penawar paling sakti adalah mengingat kalau saya nggak sendiri di rumah seharian, bukan cuma saya saja yang harus manggil-manggil tukang sayur yang bawa gerobak sayurnya udah kayak rosi, cepat banget ilangnya. Intinya saya nggak sendiri berjuang.

Nah Mungkin karena hampir 24 jam di rumah terus jadinya saya sering monolog, Saya sering banget bikin-bikin pertanyaan ke diri saya, kadang pertanyaannya nggak bisa saya jawab, padahal saya sendiri yang bikin. wkwk. Beberapa hari yang lalu saya nanya ke diri saya nanti mau dikenang sebagai ibu yang gimana sama Ruwaid?

Saya pernah ngobrol sama anak ABG yang dimanjakan sama orang tuanya dengan barang-barang bermerk, dalam obrolan panjang kami ia mengenang ibunya sebagai ibu yang galak. Ia bercerita bagaimana perlakuan-perlakuan nggak baik ibunya saat ia masih kecil, ia bahkan masih ingat saat ibunya mencubit dirinya di depan teman-temannya, ia masih ingat saat ibunya ngomelin dia di tempat les, dia masih ingat saat ibunya menyebut dia anak setan, dia ingat bagaimana ibunya pernah menampar dirinya. Kejadian itu sudah berlalu belasan tahun tapi dia masih ingat, celakannya, barang-barang bermerk yang diberikan orang tuanya tidak menghapus kenangan buruk yang ada dibenaknya. T_T

Pernah juga ada teman yang cerita kalau dia masih ingat banget dulu waktu kecil sering di hukum orang tuanya dengan cara yang bikin meringis, ia akan disuruh meletakan tangan di lantai kemudian telapak tangannya diinjak pake kaki kursi. Kenanngan ini tempo hari ia ceritakan dengan mata berkaca-kaca. Sudah belalu belasan tahun juga tapi masih bisa bikin mata berair kalau diingat lagi.

Cerita ini saya simpan di hati saya yang paling dalam, saya sangat takut jika Ruwaid nanti akan mengenang saya sebagai ibu yang nggak baik untuk dia. T_T. Saya yakin setiap ibu punya rasa sayang yang sama pada anak-anaknya, hanya saja, kadang orang tua nggak sadar membuat kenangan nggak manis di hati anak-anaknya.

Anak saya, Ruwaid, bulan ini sudah masuk usia 20 bulan, tingkahnya tiap hari bikin saya dapat pahala sabar. 😅😅😅😅

Beberapa malam yang lalu suami saya bilang ke Ruwaid, nak sayang umi dulu nak, dan apa yang terjadi, dia dekatin saya trus nyium pipi saya, kayak slow motion gitu, berulang-ulang dia cium pipi saya sampai dielirin. Sangking terharunya saya, air mata saya sampai netes-netes, Ya Allah, NAK. Biar ingat terus rasanya pertama kali di kiss anak saya sampai nulis tanggalnya, tanggal 4 mei 2018 ba'da maghrib, Rasanya bikin penat dan pegal hilang tersapu angin, ahaha.

Mungkin, iya mungkin ada yang anaknya lebih cepat udah bisa kiss kiss orang tuanya, tapi saya nggak perduli, dari sebelum punya anak saya udah berjanji ke diri saya untuk nggak ngebandingin kemampuan anak saya dengan orang lain, karena saya tahu ini akan membuat sesak di hatinya, begitupun perlakuan saya untuk anak-anak yang lebih lambat dari Ruwaid, saya nggak mau membuat hati ibunya sesak, lalu membandingkan anaknya. 

Besoknya pas saya minta disayang lagi sama Ruwaid, dia udah lupa lagi massa. Hahaha. Terpoteq hati emak, nak.

Lalu nanti mau dikenang sebagai ibu seperti apa? pertanyaan ini sempat bikin hati saya sepi, sedih sedih gimana gitu. Ngebayangin beberapa tahun kedepan saat Ruwaid udah gede dan jauh dari saya, kira-kira dia akan mengenang saya sebagai ibu yang gimana? 

Saya sangat ingin Ruwaid punya banyak kenangan manis bersama saya, dan membersamainya di rumah harusnya menjadi kesempatan menabung banyak kenangan manis walaupun setiap hari ada-ada saja ujian untuk saya, pagi-pagi udah janji mau sabar, mau jadi ibu peri, tapi matahari belum naik emosi saya udah lari-lari pas lihat dia luluran sama sampoan pake nasi. HAHAHAHAHA.

Biar nggak lupa, semalam saya nulis di jurnal harian, salah satu cita-cita terbesar saya sebagai seorang ibu adalah mencipta kenangan manis untuk anak-anak saya. Kenangan manis yang akan bikin mareka kangen pulang kampung saat udah merantau nanti, kenangan manis yang bikin mereka merasa asik ngobrol sama saya, kenangan manis yang akan bikin mereka tersenyum saat mengingat saya, ibunya, kenangan manis yang akan selalu menggerakan mereka untuk mendoakan saya disetiap sujud-sujud mereka.😢

Trusss, saya ingat selama ini udah sering banget uring-uringan nggak jelas 😅😅😅maafkan umi Ruwaid :)

You Might Also Like

2 comments

  1. bahagia itu sederhana dan bisa kita ciptakan dan hati haruslah bersih, kadang kita sering gak nyadarin bahagia itu apa

    ReplyDelete

I'm Proud Member Of