Tepat di tanggal ini, dua bulan yang lalu, saya dan suami menanti dengan harap-harap cemas kelahiran anak kami. Harapan yang sudah jauh melangit tak juga putus asa bahkan saat dokter mengatakan bahwa anak kami sudah tiada. Kami masih sama-sama berharap bahwa bayi mungil yang sudah berbulan kami nantikan itu akan membuka matanya atau menangis, menangislah nak sekuatmu! Ruangan yang kami tempati tetiba disesaki...
“Apabila wafat anak seorang hamba (manusia), maka Allah berkata pada malaikat-Nya: Kalian telah mengambil nyawa anak hamba-Ku? Mereka menjawab : “Benar.” Allah berfirman lagi: “Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?” Maka malaikatpun menjawab: “Benar.” Lalu Allah berkata: “Apa yang dikatakan hamba-Ku itu?” Mereka menjawab: “Dia memuji-Mu dan mengucapkan: ‘Innalillahi wa inna ialihi raji’un’.” Maka Allah berfirman: “Bangunkan bagi hamba-Ku itu rumah di surga...
Judul tulisan ini saya kutip dari salah satu tema yang ada dalam buku “Kitab Hamil” karya Heidi Murkof. Buku ini adalah hadiah dari suami saya setelah kami sama-sama dikejutkan dengan dua garis merah samar. Buku setebal 720 halaman ini menemani dengan setia selama saya hamil. Hampir seluruh isi buku ini sudah saya baca, kecuali satu bagian saja yakni bagian mengatasi rasa duka cita...
"Jari-jarinya panjang, kulitnya putih, wajahnya mirip denganmu..” jelasnya setelah saya menanyakan bagaimana rupa anak kami. “Harusnya tadi menunggu saya bangun dulu baru di makamkan...Saya ingin memegang tangan Ruwaifi...” ucapku lirih. Ia hanya menatap saya dengan mata berkaca tanpa berkata-kata. Malam semakin larut. Ruangan rumah sakit yang kami tempati tidak dapat lagi menampung perasaan kami, kami sama-sama menangis, tanpa isak. 21 November 2015Hampir dua...
Langit hampir berganti pakaian saat kami memasuki area pemakaman. Jantung saya berdegup sangat kencang, sepanjang perjalanan menuju makan, batin saya terus membisikan mantra-mantra agar saya menguatkan diri. Ini untuk pertama kalinya saya mendatangi makam anak kami setelah 43 hari sejak meninggalnya. Dalam perjalanan ini, satu per satu kenang-kenangan selama hamil menggema-gema, bagaimana bahagianya kami saat pertama kali melihat dua garis merah samar, suami...