Teori kesepadanan

Saya deg-degan hebat setelah membaca sms dari seorang teman, katanya ia minta cerai dari suaminya. Heeeh, apa yang salah? saya belum tahu. Rasa-rasanya baru kemarin cinta bermekaran, kata-kata mesra yang dulu berseliweran seperti tidak menemukan lagi tempat kembali, debaran-debaran yang dulu itu entah lari  kemana. Semua memudar dan sebentar lagi akan terbenam. 

Konon memang demikianlah cinta, cepat atau lambat akan berkurang kadarnya. Di awal-awal pernikahan semuaa masih hepi-hepi saja, suami masih bisa sabar melihat istri rempong yang bisa galau hanya gegara sampul buku..haha. Masih bisa tersenyum saat baju putih kesayangan berubah warna karena kecerobohan istri. Istri pun masih tabah-tabah saja melihat suami yang ngoceh nggak henti-henti tentang bola.. bolaa.. bolaa dan bola. 

Tunggu beberapa tahun kemudian. apakah sabarnya masih sama? :D

Benar tidaknya hal ini, untuk saya yang baru menikah dua bulan sangatlah menakutkan. Belum lagi sms teman saya itu datang di saat saya sedang ngambek sama suami. Samar-samar saya ingat dengan nasehat ustadz syafiq bahwa pernikahan itu beeeeeeraaaat. Belum lagi anak demi anak sudah menampakan diri. Lengkap sudah. Tapi kenapa buku nikah masih terancam habis? kenapa program KB tidak juga berhasil? kenapaaah?  *menikah itu ibadah ;)

Aduan teman saya tentang tuntutan cerainya secara tidak langsung menyindir nilai-nilai keperempuanan dalam diri saya *baca: ngambekan* tidak terbayangkan jika hak talak ada di tangan perempuan. hahaha. Dari hasil kepo-kepo dan nonton gosip saya menangkap 'tuntutan' sebagai latar belakang kebanyakan perceraian. Tuntutan ini itu mulai dari urusan dunia sampai urusan akhirat. Tuntutan kemudian naik kelas dengan membanding-bandingkan, yang sadar tidak sadar bisa mencederai hati pasangan. Lalu, bagaimana lagi yang harus memperjuangkan pernikahan jika cinta tidak lagi ingin bertahan? bukan tidak bisa tapi tidak lagi ingin. Komitmen yang dulu disaksikan oleh penghuni langit dan bumi pelan-pelan tidak mengikat lagi, ikatan itu mulai mengendur, yang jika tidak diupayakan cepat atau lambat pasti akan terlepas. 

Komitmen. Inilah jawaban dari kepelikan berumah tangga. Komitmen merupakan sumber kekuatan dalam sebuah rumah tangga yang meneguhkan orang-orang didalamnya untuk tetap bertahan dalam keadaan apa pun. Komitmen membuat seseorang yang mungkin tidak punya rasa cinta dengan kadar sama seperti ketika mereka jatuh cinta ke pasangannya dulu, tetap bertahan dan mengupayakan berseminya cinta itu lagi. Seperti kisah seorang perempuan yang sudah menunggu kehadiran seorang anak selama tujuh tahun, perasaan tidak adil yang ia rasakan semakin menjadi-jadi dengan banyaknya tanyaa yang hadir, puncak dari segala ketidak adilan yang ia rasakan adalah saat mengetahui bahwa suaminya lah yang mandul. Ia meninggalkan suaminya dengan perasaan yang campur aduk. Komitmen inilah yang membuat sang perempuan tadi kembali kepada suaminya. Komitmen membuat seseorang mengupayakan lagi dan lagi apa yang sudah bersebarangan untuk kembali berdampingan. Ini baru cintaaaah. :) *novel commitment*

*****

Sabtu kemarin umur pernikahan kami genap dua bulan. Dua bulan dengan banyak cerita di dalamnya, dengan cinta yang semakin membiasakan diri setiap harinya, dengan cinta yang sudah berani marah-marah hahaha :D entah bagaimana Allah menyusun semua yang sudah terlewati, pada akhirnya tidak ada pasangan yang sempurna, berantem itu biasaaa  dalam rumah tangga*colek yang di ambon :)* Menuntut seseorang menjadi yang kita inginkan sama rumitnya dengan menjinakkan cinta, jangankan pada orang lain, menuntut diri sendiri saja masih sering gagal. 

Selama dua bulan ini teori kesepadanan jodoh semakin membuktikan kebenarannya, dan untuk saya, kesepadanan itu membawa banyak malu dan menuntut saya untuk banyak-banyak berkaca pada diri sendiri sebelum menuntut. Dalam kehidupan ini ada banyak sekalia tuntutan, dan bisa jadi itulah titik tolak dari setiap kesepadanan yang kita harapakan. Rasulullah mengabarkan bahwa kesepadanan itu dari segi ketakwaan, jadi jangan coba-coba menuntut pasangan untuk bertakwa jika diri tak berupaya ke sana.

Untuk Adi Nugraha, terima kasih banyak untuk segala sabar dan sayangnya! Sayangku. Saya ingin mencintai dengan begini terus, dengan cara kita yang biasa, melewati sore dengan teh hangat dan beberapa potong pisang goreng, tanpa sungkan-sungkan kita saling menertawakan, kita bersama mengitari perumahan, setelahnya main bulu tangkis lagi kita.. :D Bersamamu rumah menjadi lebih nyaman, saya bahkan tidak tertarik lagi dengan angan-angan yang mengawang tentang keinginan-keinginanku yang lalu, cukup di rumah bersamamu rasanya sudah menyenangkan, tidak harus mendaki gunung yang kata orang sensasinya woow, biar saya mendaki di hatimu sajah. :haha.  Semoga sakinah, mawaddah, warrahmah selalu. Sekarang, nanti, dan selamanya!

Walau halangan rintangan membentang Tak jadi masalah dan tak jadi beban pikirann*asal bersamamu* :)

Love you
 
16 April 2014
Dua hari yang lalu tepat dua bulan pernikahan kami :)


No comments:

Post a Comment